SINOPSIS
Kehadiran roman sejarah ini, bukan saja dimaksudkan untuk
mengisi sebuah episode berbangsa yang berada di titik persalinan yang
pelik dan menentukan, namun juga mengisi isu kesusasteraan yang sangat
minim menggarap periode pelik ini. karena itu hadirnya roman ini memberi
bacaan alternatif kepada kita untuk melihat jalan dan gelombang sejarah
secara lain dari sisinya yang berbeda.
Tetralogi ini dibagi dalam
format empat buku. Pembagian ini bisa juga kita artikan sebagai
pembelahan pergerakan yang hadir dalam beberapa periode.
Roman
kedua Tetralogi Anak Semua Bangsa adalah periode observasi atau turun ke
bawah Pribumi yang tak berdaya melawan kekuatan raksasa Eropa. Di titik
ini Minke diperhadapkan antara kekaguman yang melimpah-limpah pada
peradaban Eropa dan kenyataan di selingkungan bangsanya yang kerdil.
Sepotong perjalanannya ke tulangan Sidoarjo dan pertemuannya dengan
Khouw Ah Soe, seorang aktivis pergerakan Tionghoa, korespondensinya
dengan keluarga Dela Croix (Sarah, Miriam, Herbert), teman Eropanya yang
liberal, dan petuah-petuah Nyai Ontosoroh, mertua sekaligus guru
agungnya, kesadaran Minke tergugat, tergurah, dan tergugah, bahwa ia
adalah bayi semua bangsanya (Melayu) dan berbuat untuk manusia-manusia
bangsannya.
0 komentar:
Posting Komentar