Hallo Teman-teman Semua Apa Kabarnya? Kunjungi terus dan Tinggalkan Komentar membangun yia di Blog Aku! :) :)

DITEMUKAN MAKAM KUNO ROMA DI PEMBUANGAN SAMPAH

Para pembersih situs ilegal pembuangan sampah beracun di Italia menemukan makam Roma dari abad kedua. Makam memiliki plester dan dekorasi.

Kantor berita Italia ANSA melaporkan, makam itu ditemukan di bawah tumpukan berton-ton sampah di reruntuhan abad 17 di Pozzuoli, situs kota tepi laut Romawi kuno Puteolanum.

Para pekerja pembersih memakai peralatan konstruksi di lokasi dekat Napoli dan berhasil menyingkirkan tumpukan teratas sampah. Saat itu juga, para pekerja ini menemukan terowongan menuju makam.

Arkeolog menggambarkannya temuan ini sebagai temuan ‘yang luar biasa penting’. Pemilik situs pembuangan sampah telah didakwa atas kejahatan pada lingkungan dan warisan budaya Italia.

Sumber : Inilah Indonesia

INILAH NABI DAN SEKTE HARI KIAMAT TERKENAL

Banyak muncul sekte bahkan orang yang mengaku nabi mengenai hari kiamat. Berikut nabi dan sekte hari kiamat yang terkenal.

Nabi Hari Kiamat Terkenal

21 Desember 2012 merupakan tanggal terakhir pada kalender Maya kuno. Benarkah akan terjadi kiamat saat itu? Tsunami, gempa, dan revolusi yang terjadi baru-baru ini membuat gagasan bencana global itu tampak mungkin. Namun, hal ini bukan pertama kalinya masyarakat telah dihibur dengan spekulasi kiamat tersebut.

Suku Maya

Peradaban Maya kuno terkenal akan sistem kalender canggihnya. Kalender suku ini berakhir pada 21 Desember 2012. Tanggal itu menimbulkan spekulasi kiamat di seluruh dunia. Menurut ulama Maya, anggota masyarakat non-produktif, termasuk aristokrasi dan imamat mulai kehabisan sumber daya. Meski 21 Desember 2012 merupakan tanggal terakhir di kalender Maya, tak disebutkan adanya bencana oleh suku itu.

Nostradamus

Konsultan astrologi Nostradamus terkenal karena buku Les Propheties yang terbit pada 1555. Buku yang masih bisa ditemui hingga kini itu berisi koleksi ramalan yang disebut kuatrain. Pengikut Nostradamus yakin, kuatrain memprediksi peristiwa sejarah besar, seperti Revolusi Perancis, bom atom, bangkitnya Hitler, bahkan peritiwa bom 9/11 di AS. Namun, ramalannya, 2012 bukan kiamat. Menurutnya, kiamat terjadi pada tahun 3786-3797.

William Miller dan Milleris

Pendeta Baptis Amerika Miller dikreditkan sebagai pendiri Adventisme (pewaris Saksi-Saksi Yehuwa). Di konferensi Advent, Miller menulis, “Saya menyimpulkan, sekitar 25 tahun setelah 1818, semua urusan saat ini akan dihentikan”. Prediksi terakhirnya ditentukan pada 1844. Tak dikhawatirkan lagi, jelas sekali ramalan itu hanyalah ‘Kekecewaan Besar’.

Jim Jones

Pria ini juga dikenal sebagai ‘mesias gila’. Ia pendiri dan pemimpin “People’s Temple ”. Di 1965, Jones mengklaim, dunia akan diselimuti perang nuklir pada 15 Juli 1967. Saat hal itu tak terjadi, Jones membentuk komunis ‘Jonestown’ di Guyana. Jones terkenal karena pembunuhan massal 900 anggota komunisnya pada 18 November 1978. Bahkan, ia merekam suara saat pembunuhan itu.

Insiden itu menjadi kehilangan terbesar di Amerika yang disebabkan bukan karena bencana. Jones sendiri tewas bersama anggota komunisnya dengan luka senjata yang ditembakkannya sendiri.

David Koresh dan Pengikutnya

Iman kelompok berdasarkan apokaliptisisme. Sekte agama ini menganggap mereka hidup di hari akhir seperti tertera pada kitab umar Kristen, Injil. David Koresh mengklaim dirinya sebagai nabi terakhir. Aksi sekte ini memanas selama pengepungan di Waco , Texas , pada 1993.

Pemimpin Koresh menamakan markas kelompok pengikutnya ‘Ranch Apocalypse’. Alih-alih hidup bersama pemimpinnya menunggu kiamat, sekte ini berperang dengan FBI. Sebanyak 76 anggota termasuk Koresh mati terbakar di dalam gedung.

Gerbang Surga

Pengikut Gerbang Surga yakin pada UFO dan azab yang akan datang untuk melarikan diri secara sukarela ‘melawan tingkat selanjutnya’ dengan cara bunuh diri. Pemimpin kelompok ini, Marshall Applewhite dan Bonnie Nettles, meyakinkan anggotanya, rencana ‘evakuasi’ ini akan mempercepat mereka bertemu UFO yang merupakan transportasi ke luarnya.

Sebanyak 39 anggota meninggal mengenakan gelang bertuliskan,”Tim Gerbang Surga”. Gelang ini diperoleh setelah anggota membayar US$10 ribu (Rp 86,8 juta).

Aum Shinrikyo

‘Aum’ merupakan gerakan keagamaan Jepang yang didirikan Shoko Asahara. Ramalan kiamat 1984 menggambarkan konflik terakhir yang berpuncak pada nuklir ‘Armageddon’ yang meminjam istilah dari Kitab Wahyu. Menurut Robert Jay Lifton, penulis ‘Destroying the World to Save It: Aum Shinrikyo, Apocalyptic Violence, and the New Global Terrorism’, Asahara meprediksi kiamat terjadi pada 1997.

Shoko Asahara didakwa mendalangi serangan gas sarin pada 1995 di kereta bawah tanah Tokyo . Menurut JapanTimes, gas itu menewaskan 12 orang dan melukai 5.500 orang. Untuk kejahatan ini, Asahara dijatuhi hukuman mati. Banding yang dilakukannya pun tak berhasil, dan kini ia menunggu eksekusi.

James Rawles dan Survivalis

Mereka yang berada di luar bidang keagamaan nabi termasuk survivalis. Kelompok ini yakin pada azab yang pasti, dekat, dan mereka harus siap. Editor www.survivalblog.com James Rawles mendominasi kelompok ini. Menurut Rawles, azab yang akan datang melibatkan keruntuhan sosial-ekonomi yang pada awalnya disebabkan kegagalan jaringan listrik.

Rawles mengatakan, untuk bersiap-siap, anggota harus menyiapkan garam, kayu bakar atau batubara. Anggota yang serius bisa menyiapkan hewan ternak. “Sangat penting menyiapkan senjata, dan memanfaatkan pelatihan medis”.

Sumber : Inilah Indonesia

INILAH MONSTER PASIR, BAWAH LAUT RI

Ada makhluk jahat bersembunyi di balik pasir. Namun ia tidak berhasil sepenuhnya ‘hilang’. Fotografer berhasil merekam sosoknya yang muncul di laut Indonesia.

Fotografer laut Matt Oldfield sedang menyelam di Pulau Sengeang, Nusa Tenggara Barat, saat melihat makhluk whitemargin stargazer bersembunyi di dasar laut.

Ikan ini biasanya sulit ditemui karena berbaring di sekitar terumbu maupun dasar pantai kawasan tropis, misalnya Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Laut Merah.

Makhluk itu bersembunyi di balik pasir dan lumpur sepanjang waktu. Sosok ikan itu hanya terlihat dari mata yang menyeruak di balik pasir. Dengan seolah hilang, mangsa dapat dengan mudah ditangkap.

“Ini sangatlah kebetulan saat saya melihat matanya. Ia tampak terjebak dengan kepala di dalam pasir,” kata Oldfield, 40, asal Buckinghamshire, Inggris.

Stargazers aktif di malam hari dan gemar membenamkan tubuh di balik pasir. Selain memiliki sisik berduri keras dan tajam, hewan itu juga sering mengeluarkan racun yang bisa menyebabkan masalah serius.

Sumber : Inilah Indonesia

INILAH BATU PENYELAMAT TSUNAMI JEPANG

Batu setinggi empat kaki ini layaknya batu biasa. Namun penduduk setempat mengklaim batu itu berharga karena menyelamatkan nyawa penduduk Aneyoshi saat tsunami Jepang.

Tulisan terukir di batu itu berbunyi, “Dilarang membangun rumah Anda di bawah titik ini!”

Peringatan itu untuk menunjukkan bahaya bertempat tinggal di kawasan yang berisiko banjir dan tsunami. Penduduk desa yang berpaham tradisional juga mematuhi peringatan itu sehingga hanya 11 rumah dan 34 warga yang menggantungkan diri di titik geografis rawan tersebut.

Aneyoshi yang terletak di pegunungan perfektur Iwate merupakan wilayah rawan bencana alam nasional. Sekitar 300 kaki menurun dari tempat batu itu berada, terdapat garis biru. Garis inilah yang menjadi batas tertinggi air tsunami yaitu 127,6 kaki.

"Sebelumnya, batas air tertinggi men capai 123,3 kaki di tahun 1896. Batuan penanda tsunami memang dipercaya sepenuhnya oleh masyarakat Jepang untuk menghindari penderitaan yang dirasakan nenek moyang mereka," kata Itoko Kitahara, ahli bencana alam di Ritsumeikan University, Kyoto.

Batu Aneyoshi menginformasikan bahwa rumah di dataran tinggi bisa menjamin perdamaian dan kebahagiaan ‘keturunan Jepang’. Meskipun begitu,banyak pula warga desa yang mengabaikan peringatan yang tertulis di batu dan membangun rumah di dekat pantai. Ini merupakan kesalahan fatal.

“Seiring waktu, banyak orang melupakan batu tersebut, sampai tsunami lain muncul dan membunuh lebih dari 10.000 orang,” ujar ahli tsunami Fumio Yamashita.

Sumber : Inilah Indonesia

ANGGREK ENDEMIK KEHILANGAN HABITAT



Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia membudidayakan ratusan anggrek spesies endemik dari berbagai wilayah di Indonesia. Namun, sebagian besar tak bisa dikembalikan ke lokasi asal karena habitat rusak.

"Seperti koleksi anggrek Tien Soeharto (Cymbidium hartinahianum), endemik Tapanuli Utara, habitatnya berkurang drastis," kata Sofi Mursidawati, peneliti anggrek Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Selasa (20/4/2011) di Bogor.

Anggrek Tien Soeharto ditemukan tahun 1976 oleh peneliti LIPI, Rusdi E Nasution. Pemberian nama Tien Soeharto sebagai penghargaan kepada Ibu Negara atas upaya pelestarian anggrek di Indonesia.

Anggrek Tien Soeharto sangat langka. Pertumbuhannya sangat lambat. Anggrek itu tumbuh baik pada ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut.

Daunnya berbentuk pita memanjang hingga 50 sentimeter. Bunganya kuning kehijauan dan permukaan bawahnya kecoklatan dengan warna kuning pada bagian tepinya.

Koleksi anggrek spesies Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor lebih dari 500 jenis. Seratusan spesies di antaranya bisa diperbanyak dalam botol kultur jaringan. "Spesies endemik lainnya yang kehilangan habitat, seperti anggrek macan (Grammatophyllum speciosum)," kata Sofi.

Anggrek macan berbunga kuning kehijauan dan bertutul kecoklatan adalah endemik hutan dataran rendah. Habitat itu rusak akibat perubahan fungsi hutan.

"Ada anggrek ekor tikus (Paraphalaenopsis serpentilingua) dengan lokasi endemik Kalimantan Barat yang juga terancam di habitat aslinya," kata Sofi.

Tujuan awal budidaya anggrek di Rumah Anggrek adalah menyelamatkannya dari ancaman kepunahan. Selain itu, juga mengembalikan ke alam aslinya seiring keberhasilan pengembangbiakan di rumah kaca.

Namun, lanjut Sofi, kondisi habitat asli anggrek-anggrek langka terus terancam perusakan. Mengembalikan anggrek-anggrek langka tanpa adanya perlindungan nyata akan sia-sia.

Menurut Kepala Pembibitan Kebun Raya Bogor Yuzammi, pada dasarnya bangsa Indonesia kurang menghargai kekayaan keanekaragaman hayati. Satu per satu menghilang dan punah sebelum dibudidayakan lebih lanjut.

Tidak hanya pada tanaman anggrek, jenis tanaman endemik lainnya yang dibanggakan dunia pun tak pernah mendapat ruang penelitian yang memadai. "Seperti bunga terbesar di dunia yang memiliki lokasi endemik Sumatera, yaitu Amorphophalus titanum," kata Yuzammi.

Saat ini Amorphophalus titanum setidaknya tersebar di 6.000 kebun botani dan hutan buatan (arboretum) di Eropa dan Amerika. Di Indonesia masih banyak yang belum mengenal tanaman itu.

Amorphophalus titanum sering disalahartikan sebagai Raflesia arnoldi. Secara ilmiah, Amorphophalus tergolong primitif. Adapun anggrek adalah bunga berevolusi maju.

EMPAT JENIS KELADI BARU DITEMUKAN


Kebun Raya Eka Karya Bali - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan empat jenis keladi (famili Aracea) baru.

Jenis pertama, Alocasia baginda, sudah dipublikasikan di jurnal Acta Phytotaxonomica et Geobotanica 60 (3), edisi Februari 2011. Jenis kedua, Homalomena agens, masih dalam proses publikasi di jurnal Aroideana. Kedua spesies itu memiliki sebaran di daerah Kalimantan Timur.

Jenis ketiga, Homalomena vittariifolia, dalam proses publikasi di jurnal Acta Phytotaxonomica et Geobotanica. Demikian pula dengan jenis keladi keempat, Schismatoglottis inculta. Jenis ketiga dan keempat memiliki sebaran di wilayah Sulawesi Tenggara.

Agung Kurniawan, peneliti di Kebun Raya Eka Karya Bali, Rabu (20/4), mengatakan, penemuan ini dibantu oleh ahli keladi-keladian, Peter C Boyce, dari Universiti Sains Malaysia. Agung mengatakan, Alocasia baginda telah tersebar di kalangan penghobi tanaman hias sejak 3-4 tahun lalu.

"Hanya saja mereka belum sadar kalau tanaman itu merupakan jenis baru," kata dia. Temuan ini didapatkan dari eksplorasi hutan setempat.

SILUET IBU



Mbak, ibu sakit keras. Segera pulang. (Parmin).

Es-em-es Parmin yang mengabarkan perihal sakit Ibu sudah tidak mengejutkanku lagi. Entah itu es-em-es yang keberapa, mungkin kedelapan atau kesepuluh selama sebulan ini. Aku tidak terlalu memperhatikan. Aku belum bisa pulang lik, nanti uang berobat kutransfer.

Begitu jawabku selalu. Namun entah mengapa es-em-es terakhir ini terasa lain. Membawa rasa rindu yang sangat. Menyusup rasaku. Membuatku terkenang Ibu, terkenang masa kecilku.

Bagaimana harus kuceritakan untuk menggambarkan kegembiraan masa kecilku? Kegembiraan bocah lima tahun yang kegirangan saat sore hari tiba. Kegembiraan saat jingga meraja di ufuk barat, menuntun matahari memasuki peraduannya. Saat seperti itu, Ibu mengajakku berjalan keliling rumah sambil sesekali menyuapkan makanan ke mulutku yang usil.

“Hak dulu…hak dulu…hak? Emm..,” begitu pancing Ibu setiap kali aku asyik berlari-lari mengitarinya. Mulutku yang asyik menyanyi lagu asal bunyi terpaksa bergumam karena penuh nasi. “Kalau maem, nggak boleh sambil nyanyi ya,” begitu pesannya selalu. Aku tidak selalu mendengarkan nasehatnya. Mulutku terus bernyanyi, bergumam dan bernyanyi kembali. Bahagiaku tumpah ruah sebab saat sore seperti itu, Ibu hanya untukku sendiri.

Lalu kembali kami berjalan mengitari rumah. Rumah kayu dengan pohon mangga di depannya. Tidak luas. Hanya 180 meter persegi mungkin. Sungai kecil mengalir di sampingnya, tempatku bermain mencari ikan cupang atau keong emas. Ketika lewat di tepi sungai kecil itu, tangan Ibu selalu menuntunku. Saat seperti itu aku dapat berteriak menyanyi dengan keras, karena Ibu berhenti menyuapiku.

Saat matahari semakin condong ke barat, suka citaku menghebat. Ibu mengajakku bermain petak umpet. Aku, kemudian akan berlari kecil mengitarinya dan bersembunyi di balik bayang tubuhnya. Ibu meningkahi dengan berteriak nyaring memanggil namaku.

“Jati..Jati…,” begitu panggil Ibu selalu sambil kepalanya menengadah, menengok ke kanan dan ke kiri mencariku. Aku diam berjongkok di bawah bayang gelap Ibu. Lalu dengan tanganku kugores tanah seturut bentuk bayangannya, mencoba membuat siluet Ibu. Dengan berpura-pura bingung, Ibu akan bergumam, Jati dimana ya? Sejenak kemudian ia menengok ke belakang, dan aku berteriak, hua! Bahagiaku meledak tiada terkira. Jika Ibu sudah menemukanku, ia berpura-pura memaksaku makan.

“Nah…ini dia. Ayo hak dulu! Hak? Emm..,” katanya pula.

Kenangan itu begitu lekat. Merekat hangat di relung kalbuku. Saat rinduku pada Ibu membuncah, kenangan itu menari-nari di depan mataku. Persis seperti saat ini. Tanpa terasa butir-butir bening menggenangi pelupuk mataku. Beruntung aku masih menyimpan siluet Ibu. Siluet yang kubuat saat aku masih SMA sebagai penawar rinduku padanya. Aku membuatnya dua, satu untukku, satu untuk Ibu.

Syahdu kupandangi siluet Ibu. Rindukah Ibu padaku? Terbayang wajahnya kala itu memuram, ketika kuputuskan untuk pergi meninggalkannya. Sembilan tahun lalu, sebelum tapak kakiku menyusuri hiruk pikuk pinggiran kota Bangkok.

“Kamu tidak kasihan dengan Ibu, Jat?” tanyanya waktu itu.

Aku tidak sanggup menjawab pertanyaan itu. Jelas bahwa aku kasihan pada Ibu. Ibu yang harus mengurus empat anaknya tanpa topang kuat tangan lelaki. Bapak meninggalkan kami karena sakit paru-parunya sudah tidak dapat terobati. Kakakku terpaksa menjadi kuli, menggantikan Bapak menyangga hidup kami. Namun hidup kami tetap jauh dari sejahtera. Dua adikku masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Jelas bahwa aku kasihan padanya. Justeru sebab itulah aku harus pergi. Meski harus menjadi TKI.

“Apakah tekadmu sudah bulat untuk menjadi TKI, Jat?” tegas Ibu sekali lagi. “Iya Bu. Maafkan Jati,” jawabku lirih. “Tapi Ibu tidak punya apa-apa lagi untuk dijual. Ibu tidak mampu nyangoni kamu Nduk,” keluhnya masgul. “Bagaimana kalau kita pinjam uang dulu, Bu? Pak Hadi Atmojo mungkin mau membantu kita,” usulku mencoba mencari jalan keluar.

Hari berikutnya Ibu sowan ke rumah Pak Hadi Atmojo. Pak Hadi Atmojo seorang turunan ningrat, berdarah priyayi. Dialah orang terkaya di kampung kami saat itu. Ia suka meminjamkan uangnya kepada orang yang membutuhkan asal ada jaminan dan bersedia mengembalikan dengan bunga tinggi. Kami tidak punya pilihan lain karena tanda tangan Ibu tidak laku dijual ke bank. Jadilah hari itu Ibu pergi ke rumah Pak Hadi Atmojo dengan membawa surat pensiun Bapak sebagai jaminan. Tidak ada lagi yang tersisa di rumah! Dengan bermodal uang pinjaman itu, aku bulatkan tekadku untuk menjadi TKI. TKI ilegal di Negeri Gajah Putih.

“Jat, ada yang nyari lu tuh!” suara Marni membuyarkan lamunanku. Marni teman satu apartemenku. “Laki perempuan?” tanyaku. “Laki-lah. Ngapain juga perempuan nyari lu,” jawabnya sinis. “Tolong deh lu urus. Gue lagi nggak enak badan nih...,” kataku memohon.

Aku sengaja memberikan alasan itu karena sebetulnya aku sedang bad mood. Rinduku pada Ibu membuatku hilang rasa. Rindu yang terpicu es-em-es Lik Parmin tetangga sebelah rumah di kampung yang kepadanya perihal Ibu kuserahkan. “Lu mau kehilangan Tuan Cheng, ATM berjalan lu?” lirik Marni nakal. “Tuan Cheng?” tanyaku mencari peneguhan. Aku lihat Marni menganggukkan kepalanya dengan senyum nakal.

Ia dan teman-teman satu apartemen tahu belaka kalau aku merupakan pemijat idola Tuan Cheng, pengusaha Indonesia yang suka plesir ke Thailand. Selain itu, mereka tentu saja juga tahu kalau aku perempuan simpanannya. Dan Tuan Cheng adalah ATM berjalan buatku, tidak lebih tidak kurang. Terpaksa aku menemuinya dengan berharap lebih banyak dollar kudapat untuk biaya berobat Ibu. “Sudah lama Koh?” tanyaku basa-basi. “Ah, kemana aja oe. Lama betul oe, haiya?” sungutnya. “Maaf, Koh...lagi nggak enak badan,” jawabku memberi alasan. “Oh. Kalau nggak enak badan, ya sudah, oe istirahat saja..” katanya. Sebenarnya aku tahu kalau Tuan Cheng sedikit menaruh hati padaku. Itu sangat cukup berarti buatku untuk menjaganya tetap menjadi pelanggan setia. Buatku, semua ini hanya bisnis.Tidak ada yang lain. Titik! “Nggak papa Koh. Masih mampu kok kalau cuma mijit doang,” kataku dengan mencoba menarik senyum meski gagal. “Bener oe?” tanyanya. “Pijit doang Koh. Nggak ada yang lain,” kerlingku menarik simpatinya. “Nggak boleh nambah? Haiya...” “Tetep aja nawar,” sungutku berpura-pura.

Aku ajak Tuan Cheng ke kamarku. Lalu seperti biasa tugasku memijatnya dengan ramuan rempah-rempah dari Jawa. Kali ini hanya memijatnya. Kadang aku berpikir, untuk apa orang Indonesia pergi ke Thailand hanya untuk merasakan pijatan dan rempah-rempah orang Jawa. Teringat tanah jawa, lamunanku melayang-layang kembali.

Separah apakah sakit Ibu? Tangan kananku terus memijat Tuan Cheng sementara tangan kiriku memegangi siluet Ibu yang tadi sempat kusimpan di saku dasterku. Maafkan Jati Bu, maafkan Jati, bisik hatiku berkali-kali. Tak terasa kristal-kristal bening air mataku menetes membasahi punggung Tuan Cheng. Ya Allah, ampunilah hamba-Mu, ratapku memohon pada-Nya. “Jati..kenapa oe nangis? Oe sakit ha?” tanya Tuan Cheng mengagetkanku. “Nggak papa Koh.” “Oe, punya masalah? Duit ha? Duit?” tanyanya lagi. “Iya Koh,” jawabku tanpa basa basi. Memang aku sedang butuh duit. “Ibuku sedang sakit di Jawa,” tambahku. Tuan Cheng tiba-tiba bangun dan duduk di sebelahku. “Ah, oe orang tega betul ha. Ibu oe sendiri sakit, oe orang nggak pulang, haiya..” katanya sambil menatapku penuh tuduhan. “Sebenarnya saya ingin pulang Koh. Tapi masalah duit itu tadi. Ibu perlu berobat. Tidak mungkin kan saya pulang cuma pulang doang?” lirihku penuh penyesalan. “Sudahlah, oe orang pulang aja. Pakai uang I untuk berobat Ibu oe. Besok I urus kepulanganmu,” kata Tuan Cheng.

Kata-kata Tuan Cheng laksana air yang menyegarkan dahagaku. Terlihat benar bahwa ia mencintaiku, meski hanya sebagai perempuan simpanan. Aku peluki dia dan bertubi-tubi ciuman kuhadiahkan. Kali ini aku mengucap terima kasih dengan tulus dan berjanji akan segera menemuinya setelah urusan di kampung selesai.

Setelah Tuan Cheng berpamit, segera kukemas barang-barangku. Tak kuhirau lagi kata-kata Marni. Yang terpatri di benakku cuma satu, aku akan segera pulang! Ibu, anakmu akan segera pulang!

Aku tidak tahu bagaimana Tuan Cheng memberesi semua surat-suratku. Yang pasti, satu minggu sejak SMS Lik Parmin, aku bisa berkeliaran dengan bebas sebagai orang asing di Thailand. Tuan Cheng meyakinkanku bahwa aku tidak akan ditangkap sebagai TKI ilegal. Perjalanan ke Surabaya mulus tanpa halangan yang berarti selain bahwa rinduku semakin menjadi-jadi.

Prigi. Desaku masih seperti dulu. Desa dengan baju kemiskinan melekat di mana-mana. Hutan jati mengitarinya laiknya penghalang yang memenjara para penghuni di dalamnya. Aku tak perduli lagi. Setidaknya hutan jati itu masih menyisakan udara segar untuk kuhirup dalam-dalam memenuhi paru-paruku. Kuambil sedikit tanah basah. Kubalurkan pada pohon yang tinggi menjulang itu. Lalu kupeluki satu-satu pohon-pohon itu. Kubaui aroma hutanku. Inilah kampung halamanku. Dan aku berlari mencari Ibu.

Aku segera menuju rumah di ujung desa di mana ada sungai kecil mengalir di sampingnya dan pohon mangga menjulang indah di depannya. Rumahku. Tempat aku bermain petak umpet dengan Ibu. Tempat aku menggores tanah mencipta siluet Ibu. Ibu, aku pulang, bisikku. Tak sabar lagi aku ingin memeluknya, bersimpuh di kakinya dan memohon maaf atas semua luka yang tak sempat kuseka. Tak sabar lagi aku ingin membaktikan hidupku di sisa umurnya. Tak sabar lagi aku ingin menebus semua dosa.

Tak terasa kakiku melangkah lebih cepat, lebih cepat dan lebih cepat lagi. Atap rumahku sudah terlihat dari ujung jalan. Aku berlari lebih cepat lagi. Pelataran rumahku dipenuhi rumput, kotor dan tak terurus. Aku segera menghambur ke pintu kayu yang rapuh, tak terkunci. Aku menemukan rumahku sunyi dan kosong. Hanya siluet Ibu yang kubuat waktu aku masih SMA tergantung di dinding ruang tamu. Tertulis di sana: untuk mengenang Ibu Sulastri, 10 Juni 1931 – 20 Agustus 2007.

Sumber : Kompas Indonesia