Hallo Teman-teman Semua Apa Kabarnya? Kunjungi terus dan Tinggalkan Komentar membangun yia di Blog Aku! :) :)

TEATER - PEREMPUAN PILIHAN DEWA



Adaptasi Naskah ‘The Good Person of Szechwan’

Karya : Bertolt Brecht

Sutradara : Alfian Siagian

Graha Bhakti Budaya, 7 – 8 Mei 2011, pkl. 19.00 wib

HTM: Balkon: Rp. 30.000 | Wing : Rp. 50.000 | VIP : Rp. 75.000 | VVIP: 100.000



Masih adakah orang baik di atas Bumi ini? Ketika kelaparan merajalela, kemiskinan menjadi sesuatu yang niscaya. Tiga Dewa diutus ke Bumi untuk mencari paling tidak satu saja orang baik agar Bumi tetap dipertahankan keberadaannya. Sementara itu seorang wanita baik hati namun hidup di lingkungan yang senantiasa mengeksploitasi kebaikannya. Mampukah ia tetap menjadi orang baik di tengah-tengah segala keburukan yang mengepungnya dan senantiasa menghisap setiap tetes kebaikan yang ia miliki? Apakah dewa-dewa memutuskan bahwa Bumi masih layak dipertahankan keberadaannya?

Tentang Teater UI

Berdiri pada 14 April 2005, berdasarkan keputusan Rektor Universitas Indonesia, yang ditandatangani oleh Direktur Kemahasiswaan dan Hubungan Alumni UI Arie Setiabudi Soesilo. M. Yoesoef dan Asep Sambodja (alm) ditunjuk untuk menjadi Pembina Teater UI, sedangkan Alfian Siagian dan Anwari Natari sebagai sutradara. Orientasi Teater UI adalah melakukan pementasan di luar kampus untuk membawa nama UI ke luar, baik itu di gedung-gedung kesenian, luar kota, bahkan ke luar negeri.

Production Manager : Muhammad - Asril Zalmi | Art Director : Tom Ibnur | Music : Febry R. |

Stage Manager : Hafid Fuad , Muhammad Abi | Costume : Hosea Aryo Bimo | Make Up : Risma Emma Sugihartati

Acara ini terselenggara atas kerjasama antara PKJ-TIM dan Teater UI

DI PLANET LAIN, TANAMAN BERWARNA HITAM



Warna hitam dan abu-abu memang jarang ditemui pada vegetasi tanaman di Bumi. Namun, warna tumbuh-tumbuhan di planet lain mungkin saja didominasi warna hitam dan abu-abu. Wrana tersebut misalnya bisa jadi muncul di planet berwarna kemerahan.

Peneliti Jack O'Malley-James dari University of St Andrews di Skotlandia tengah mengerjakan riset tentang proses fotosintesis berlangsung pada tanaman dengan dipengaruhi dari warna cahaya yang menyinarinya.

Di Bumi, kebanyakan tanaman berwarna hijau demi beradaptasi dengan cahaya Matahari yang kuning keemasan, yang diterima di permukaan planet. Namun, berdasarkan penelitiannya, pada planet-planet yang bersistem dua bintang dengan warna berbeda dari Matahari, tanaman dapat berwarna abu-abu bahkan hitam.

"Supaya dapat menyerap energi lebih, dan memperkuat proses fotosintesis," terangnya.

Penelitian ini pun membuka wawasan akan banyaknya kombinasi serta variasi pada bintang dan potensi keberlangsungan kehidupan di planet-planet yang mengorbitnya.

Tak hanya unsur warna yang berpengaruh. "Untuk planet yang mengorbit dua bintang atau lebih, radiasi berbahaya dari cahaya yang intens dapat membuat tanaman menciptakan semacam tabir suryanya sendiri, untuk mengeblok sinar ultraviolet," kata O'Malley-James

BUNGA BANGKAI KEMBALI MEKAR DI CIBODAS



Bunga bangkai di Kebun Raya Cibodas akan kembali berbunga untuk ketiga kalinya dalam bulan Mei 2011. Sebelumnya, bunga ini berbunga pertama kali pada tahun 2003 dan kembali berbunga pada 10 Mei 2007.

Amorphopallus titanum biasanya tumbuh di tempat terbuka yang relatif miring dan mendapat banyak cahaya matahari. Bunga ini juga biasa tumbuh di tanah yang gembur dan banyak mengandung humus serta memiliki aerasi yang baik. Pengelola Kebun Raya Cibodas pun menempatkan bunga langka ini di belakang guest house, lokasi yang paling mirip dengan habitat aslinya.

Bunga bangkai raksasa yang ada di Kebun Raya Cibodas dibawa dari Sumatera. Pada tahun 2000, tim eksplorasi Kebun Raya Cibodas mengambilnya dari Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi, pada ketinggian 680 meter di atas permukaan laut dan menanamnya kembali pada 26 Juni 2000.

"Dulu bunga ini ditanam di belakang rumah kaca, tetapi karena tanahnya merah maka dipindah ke lokasi yang sekarang. Tanahnya lebih banyak mengandung humus," kata Makmur, salah seorang pegawai Kebun Raya Cibodas yang ikut menanam Amorphopallus titanum.

Bunga yang memiliki tiga fase pertumbuhan ini--vegetatif (berdaun), generatif (berbunga), dorman (istirahat)--berbunga setiap empat tahun sekali. Oleh sebab itu masa berbunganya menjadi momen istimewa yang selalu ditunggu-tunggu.

SEGULUNG CERITA TUA DALAM KEPALA


BAIKLAH. Awal kisah kita khayalkan saja bahwa kita semua sedang berada dalam sebuah pergelaran wayang besar. Dan dari sepasang garis bibir yang gemar melantunkan sajak dan prosa, selarik cerita tentang lakon usang kututurkan:

Di sebuah desa yang kering kerontang, penduduknya hidup dalam penderitaan. Padahal desa itu adalah bagian dari negara yang –katanya- kaya dan makmur. Tapi, tanahnya keropos dan retak menganga akibat musim kemarau yang panjang. Sungai-sungai yang tadinya penuh air, kini disulap menjelma lumpur yang membatu. Sumur-sumurnya dangkal dan gemerincing. Bahkan tanaman mereka layu dan mati. Hidup dalam kekurangan sumber kehidupan sangat menyesakkan dada, bikin hati alergi. Membuat mereka saling berebut dan tak jarang saling bunuh-membunuh dimana yang kuat akan menginjak-injak yang lemah.

Hingga suatu hari, seorang penduduk menyarankan agar diselenggarakan sebuah pergelaran wayang sebagai ritual untuk meminta hujan dari langit. Dan semua warga menyepakati.

Panggung didirikan. Segala sesuatu yang diperlukan diletakkan pada tempatnya. Latar yang bisa diganti-ganti, beberapa gunungan, sebutir matahari, bulan, beberapa bintang, bukit-bukitan, pepohonan, anjing, kereta kuda dan beberapa senjata untuk para wayang.

Para wayang dikeluarkan dari almari, dan Dalang sudah bersiap bersama para pesinden beserta pengiring. Seluruh penduduk, laki-laki dan perempuan, dari anak-anak hingga manula pun telah berkumpul di depan panggung. Pertunjukan wayang segera dimulai.

Lalu para wayang itu masuk ke dalam biliknya. Jemari lentik di ujung selendang; menari sesaat dan lunglai di lantai. Mereka dipaksa menari, mereka tak mengerti.

Pohon-pohon menjulang tinggi di tepi danau. Ada desau angin berpusar. Di sana -di antara semak-semak dan bunyi jangkrik- Kunthi seolah kena hipnotis, lalu disetubuhi oleh empat lelaki yang tidak dikenalinya. Mereka datang sebagai angin, lalu menghilang sebagai cahaya.

Sementara itu, di ruang tahta Astina, Pandu –suami Kunthi- yang dalam dirinya melekat kutukan mandul terpaksa menikah lagi dengan Madrim, yang juga tak pernah bisa dibuahinya.

Adegan berikutnya, Sundari yang tak dikaruniai anak harus rela dimadu Abimanyu dengan Utari. Tubuh Shinta pun dibakar oleh Rama hanya sekedar untuk menguji kesucian dan kesetiaannya. Bahkan Anjani, yang sangat cantik, harus tabah meski hamil tanpa suami, dan wajahnya berubah menjadi kera, serta anaknya menjadi kera pula -Hanoman. Malam mulai menghitam. Bulan hampir mencapai titik jenuhnya, pertunjukan wayang itu belum juga usai. Harapan yang dipinta pun tak kunjung datang memberi kabar.

Tak lama kemudian, petir mulai menyambar-nyambar di sebelah timur desa. Membelah gelapnya malam dan menghancurkan pucuk pohon palma di pekarangan milik penduduk. Trembesi patah dan tumbang. Sontak seluruh penduduk yang menonton pagelaran wayang lari lintang pukang. Jerit ketakutan dan lolong kematian berloncatan. Aroma kamboja ditebarkan. Menggema membentur dinding gunung, dan merayap di awan-awan hitam. Bulan setengah lingkaran lenyap secara misterius. Kepekakan yang menyakitkan membuat orang-orang menutupi telinganya. Perempuan dan anak-anak berlarian. Sebagian menuju rumah masing-masing. Mengancing pintu dan jendela rapat-rapat. Sebagian lagi masih kepanikan mencari tempat sembunyi yang aman. Kecuali Dalang yang tetap duduk di bantalan singgasana dan menegaskan hukumnya: “Wayang akan tetap diam jika tak ada Dalang yang menggerakkan!” Latar berganti. Seperti bidang catur berhias bebukitan gersang. Matahari digantung terjepit di antara bukit. Suara-suara tabuh kendang terdengar keras bergemuruh. Bidak-bidak catur Klan Pandawa berhadapan dengan Klan Kurawa. Kini perang Baratayudha kembali bergolak. Darah bersaudara berceceran, tumpah ruah dimana-mana.

Beberapa waktu, medan perang Kuru tinggal lapangan penuh bangkai. Bau busuk terbentang. Rasa cemas terapung ke kaki langit. Ribuan anjing ajak melolong, mengaum, mengais. Selebihnya cuma erang sekarat para prajurit, di antara sisa kereta dan senjata yang patah. Warna di sana hanya darah. Anyir. Tak akan ada lagi perbuatan kepahlawanan. Jauh sebelum perang itu terjadi, telah ada penyimpangan dimana hak Destarastra sebagai pewaris tahta Kerajaan Astina diambil alih oleh Pandu hanya karena Destarastra mengalami kebutaan. Episode yang selalu berulang dari abad ke abad dalam segulung cerita tua. Menyedihkan!

Tapi, Dalang terus melantunkan kidung bagi wayang-wayangnya. Suara gamelan dan lantun gemulai suara pesinden terus terdengar merdu. Para penabuh kendang, gong, boning dan peniup suling pun masih penuh semangat membara melanggengkan tahta Dalang dan mengiringi lakon usang para wayang.

Langit makin menghitam sekam. Gelegar guntur masih terus menakut-nakuti warga yang berlarian. Di tengah-tengah hiruk pikuk itu, tiba-tiba aku mengalami semacam bayangan eidetik. Aku tuangkan seluruh gelisah pada lakon yang enggan berontak. Kutunggu waktu hinggap dan memberikan keajaiban; angin mereda dan mengusap semua penderitaan yang tersisa di kantung mata. * “HUH, membosankan! Menyakitkan!” “Jangan menangisi takdir…” “Tapi, diam membunuh hidup kita. Lihat! Dongeng-dongeng Dalang menutup mata kita. Mengendalikan pikiran kita.” “Jangan berkata seperti itu. Kita akan berdosa pada Dalang. Dialah sumber kebenaran, dialah agama, dialah sang moral. Tak ada satu pun dari apa yang kita lakoni ini luput dari kendalinya. Karena dia mahatahu dan mahakuasa. Semua harus mengikuti hukumnya; Hukum Dalang!” “Ah, kamu terlalu kaku sebagai wayang. Kita sudah memasuki abad ke-30. Kidung yang dilantunkan oleh Dalang telah membentuk sejarah dan peradaban kita -para wayang. Kita terlalu menggantungkan peran kita padanya. Kita telah dikendalikan oleh kidung itu, kita semua dibuatnya berperang, membunuh saudara dan sanak keluarga, saling menumpahkan darah hanya untuk menghibur dirinya dan untuk pengakuan atas dirinya.” “Setuju! Tidakkah kalian pernah berpikir, kenapa Dalang kita harus berjenis kelamin laki-laki?” “Ah, kamu ini perempuan jangan terjebak dengan tipu daya feminisme itu. Kalian tidak lain hanya sekedar sandal jepit. Sakti, tapi berdomisili di kaki.” “Sekedar tahu-tahu tempe, asale mung saka dhele, kabeh-kabeh mbutuhake..”1) “Hei kalian para pahlawan. Jangan lagi menyakiti hati perempuan!” “Hahaha. Kenapa? Mau berperang? Kami yang terkuat dalam sejarah. Perempuan-perempuan cantik ini selalu berada di pihak kami meski bagaimana upaya kalian merebutnya.” “Sudah, cukup! Kita sudah berabad-abad berperang. Saling bunuh-membunuh. Dan selalu mempertengkarkan persoalan yang sama. Tidakkah kalian sadari kita seperti terjebak dalam sebuah desain permainan besar?” “Tidak! Kalian para tokoh antagonis memang sudah ditakdirkan untuk kalah. Tidak perlu kalian melakukan diplomasi seperti ini.” “Tidak. Tidak! Ini bukan keadilan. Kenapa Dalang selalu melantunkan bahasa seperti sajak dan prosa? Bukankah itu basa basi dan sulit dimengerti? Kita tidak boleh terjebak di dalamnya. Kita harus keluar dan menentukan takdir kita sendiri.” “Sajak dan prosa itu adalah kebenaran mutlak. Itulah Undang-Undang Dalang yang menjadi petunjuk hidup kita. Kita harus mencintainya.” “Itu salah! Mencintai kebenaran akan menjerumuskan kita pada fanatisme yang menenggelamkan kita pada kecintaan buta atas kebenaran itu sendiri. Betapa kita telah kehilangan kekritisan yang tajam, ketika kita telah mencintai kebenaran hanya dari satu tafsiran. Celakalah, jika kebenaran telah berhenti pada titiknya. Sebab, ia bukan lagi sebagai kebenaran.” “Kita harus bergegas menuju taman jalan setapak bercecabang -di sebuah kota- di mana kabar-kabar adalah tafsir yang tertunda, di mana Dalang hanya sebuah kata sebelum kita amnesia.” “Betul. Jika Dalang telah mencampuri kebebasan dan kreatifitas kita, maka dia adalah tiran. Dan suatu tiran yang mahakuasa dan mahatahu tidak berbeda dengan diktator dunia yang membuat segala sesuatu dan semua orang menjadi boneka robot dalam tangan mesin yang dikendalikannya.” “Kalau kau merasa kita tidak boleh cinta pada kebenaran, lalu kenapa kau sendiri berkata bahwa pendapatku ini salah? Apakah pendapatmu itu adalah kebenaran?” Semua wayang terdiam. Tak ada kata. Tak ada bisikan. * KINI angin bertiup begitu kencang di antara sambaran petir dan gelagar guntur. Merobek beberan layar berwarna putih tepat di tengah-tengahnya. Atap panggung yang terbuat dari seng berkarat, bergrombyangan. Satu dua keping terbang, entah jatuh di mana. Kumbakarna tercerabut dari tancapannya. Tubuh Wibisana hancur bersama kebijaksanaannya. Bagong dan Petruk patah tubuhnya menjadi dua. Para raja, permaisuri dan beberapa gunungan yang tertancap kokoh pun kini tak terlihat lagi. * “KALAU begini ‘kan kacau!” “Kepada siapa kita akan bertanya?” “Langit!” “Apa yang akan kau tanyakan? Langit sedang geger. Para Dewa kehilangan wibawa!” “Kita coba tanya ke..” “Mega!” “Apa petir tidak marah?” “Oh, ke laut?” “Laut? Di sana juga sudah tercemar Uranium dan Plutonium!” “Matahari! Siapa tahu bisa menjawabnya!” “Ke bulan?” “Kita kembali ke angin atau cahaya!” “Kita kembali ke mana?” “Ke asal. Kembali ke Dalang!” “Tidak! Kita harus membunuh Dalang. Kita harus mengambil kesempuranaan kita dengan membunuhnya. Apa yang selama ini menjadi kebenaran dan moral menurut kita, harus kita verifikasi.” “Bagaimana caranya?” “Dalang harus kita bunuh!” “Nekad benar!” “Lalu, kita hanya akan diam menunggu takdir kita datang menjemput dengan menggantungkan peran kita padanya?” “Kau akan melanggar Undang-Undang Dalang, melanggar Hukum Dalang. Dan itu makar namanya!” “Makar? Boleh-boleh saja!” “Aku ingin berkata bahwa ini salah!” “Salah?” “Kau menyalahkan duniamu?” “Tidak. Hanya sekedar membuka kemungkinan.” “Apa itu? Kau bermimpi? Ini dunia wayang, panggung sandiwara! Di sini tidak ada kemungkinan selain kehendak Dalang.” “Dunia busuk! Ini apa? Mulai hari ini, kita harus memutuskan, apakah kata ‘Dalang’ dan kidung-kidung candunya itu masih memiliki makna bagi kita untuk saat ini. Kita harus menjadi dalang bagi diri kita sendiri!” * ANGIN puting beliung kini berpusar, bagai tiang utama rumah-rumah ibadah yang bulat melonjong dan kokoh. Berpokok pada bumi dan berujung di langit. Meliuk-liuk seperti penari ular. Lincah, tapi menakutkan. Gerakannya menggores kulit bumi. Menyeramkan. Separuh panggung ia hancurkan hingga berantakan segala yang ada di atasnya. Semar dan Bathara Guru pun dibawanya. Gatotkaca kini jatuh ke tanah. Tubuhnya penuh lumpur. Tak berdaya. Terinjak-injak oleh penduduk desa, yang biasanya justru membanggakannya. * MALAM makin membeku, Dalang mulai panik. Bayangan eidetik itu semakin menggelinjang: Krepa –yang dikenal sebagai sosok pendiam dan penurut- tiba-tiba berdiri di tepi panggung. Lengannya menggenggam sepucuk pistol dan mengacungkannya pada sesuatu di hadapannya. Sukesi –yang berhasrat meraih Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu2)- pun keluar dari tugunya dan dikibaskannya sampur. Sepercik memori kembali melayang pada episode angkara di ujung malam, saat-saat ketika dia didalangi oleh sesuatu untuk bersetubuh dengan Wisrawa yang menjadi penyebab lahirnya klan Alengka. Dan Sastra Jendra pun gagal diraihnya.

Wajahnya begitu murka. Belajar dari seluruh pengalamannya, Sukesi berekesimpulan bahwa untuk meraih Sastra Jendra hal pertama yang harus dilakukannya adalah membunuh Dalang yang selalu menggagalkannya pada setiap pementasan. “Kali ini harus kuraih! Tak ada lagi semboyan; swarga nunut, neraka katut!3) Tak ada sesuatu pun yang boleh menggagalkanku!” Serunya dalam hati. Dirampasnya sepucuk pistol dari genggaman Krepa. Dari sudut sebelah kiri panggung, busur Arjuna menegang dalam genggaman Indrajit, bersiap melepaskan anak panahnya. Di belakangnya, para tokoh antagonis dalam pewayangan telah siap dengan senjatanya masing-masing. Sesaat kemudian, cahaya petir menyalak di kegelapan panggung. Para wayang yang tersisa telah sepakat satu kata yang diberi banyak tanda seru: “Tembaaaaaaakk!!!!!!”

Sesuatu berjatuhan di atas panggung. Tragis. Beberapa waktu, petir hilang cahayanya, guntur raib suaranya. Suara gamelan dan lantun gemulai suara pesinden tak lagi terdengar. Tiga pesinden telah lari, sambil mengangkat kainnya setinggi paha. Para penabuh kendang, gong, boning dan peniup suling pun tak ada lagi. Apa yang kemudian terjadi? Sontak seluruh wayang tersungkur; tubuh mereka tergeletak pasrah di atas panggung, tak bergerak dan mati. * GERIMIS lalu turun rintik-rintik. Pintu-pintu rumah penduduk mulai terbuka. Mereka berlari keluar menuju pekarangan. Laki-laki, perempuan dan anak-anak berjingkrak-jingkrak. Suami istri dan orang-orang tua saling berpelukan. Mereka berkumpul kembali di depan panggung, seperti saat mereka menonton pagelaran wayang sebagai persembahan untuk minta hujan. Tersirat rasa suka cita pada wajah-wajah mereka menyambut air yang mengucur dari langit. Permohonan hujan telah terkabulkan. Gerimis pun kini berubah jadi hujan lebat. Bumi yang kering kerontang mengeluarkan asap hangat. Tak lama kemudian basah dan becek. Warna putih debu menjadi hitam berair.

“Hujan. Akhirnya engkau memberi kabar di tengah buaian daun musim gugur dan hawa angin bersisik peluh. Biarkan barisan airmu mengelus hiruk pikuk beraroma kamboja, menautkan tanah-tanah yang gemerincing dan menganga. Suburkan semangat hidup kami, dan hilangkan angkara murka di antara kami. Isilah sungai-sungai yang lumpurnya telah lama membatu, seperti hati kami. Basahilah. Usirlah kepedihan yang berkepanjangan. Meleburlah ke dalam segala dan rangkum seluruh peristiwa. Biarkan lidah sejukmu menjilati tubuh kami. Tanah kami. Tanaman kami yang merasa tak nyaman diperkosa situasi,” ujar seorang penduduk di tengah euforia itu.

Lelaki itu sepertinya sesepuh desa yang memimpin acara ritual permohonan hujan. Dupa di tangannya diacung-acungkan di atas kepalanya. Asap mengepul membuat bayang-bayang tak terbaca. Membuka berlembar-lembar kemungkinan. * DARI kejauhan, di sebuah panggung yang lebih besar, AKU yang sejak tadi sedang bermain-main dengan wayang-wayangku, hanya tersenyum menyaksikan prosesi itu. Aku melantunkan kidung metaforis lirih, “Aku takkan merubah nasib suatu kaum, jika bukan mereka sendiri yang mengubahnya.” Itu janjiku dulu. Karena wayang tanpa Dalang ibarat Dalang tanpa wayang. (*) -hz-

Catatan: 1) tahu-tahu tempe, asale mung saka dhele, kabeh-kabeh mbutuhake = tahu-tahu tempe, asalnya cuma dari kedelai, tapi semua orang membutuhkannya. (Potongan lagu “Tahu-Tahu Tempe” karya NN) 2) Secara etimologis, Sastra Jendra Hayuningrat Pangruwating Diyu berarti: Sastra = Ilmu Jendra = Bisa dipahami sebagai kemuliaan atau sesuatu yang bernilai namun sifatnya immaterial, sesuatu yang samar. Bisa pula dipahami sebagai rongga dada, yang kerap dipahami sebagai gerbang menuju ‘rasa sejati’. Hayu = Cakap, indah Ning = Bening Rat = Semesta alam Pangruwating = Yang mampu membersihkan, mentransformasikan Diyu = Raksasa 3) swarga nunut, neraka katut = ke surga ikut, ke neraka turut.

Sumber : Kompas Indonesia

THE MIRROR NEVER LIES

Kamila Andini, putri sineas Garin Nugroho dipercaya untuk menyutradarai film tentang laut Wakatobi dan kehidupan masyarakat Suku Bajo, Sulawesi Tenggara. Dia akan memimpin pembuatan film yang didanai oleh Pemeritah Kabupaten Wakatobi bekerja sama dengan Yayasan SET dan WWF-Indonesia.

Film yang diberi judul THE MIRROR NEVER LIES tersebut secara resmi dimulai proses produksi dan pengambilan gambarnya dalam sebuah acara di Jakarta, Selasa (21/09).

Acara peresmian film yang pertama kali mengambil tema laut itu dihadiri oleh Bupati Wakatobi, Hugua, Garin Nugroho, Kamila Andini, dua artis film tersebut yaitu Atiqah Hasiholan dan Reza Rahardian, serta petinggi WWF-Indonesia.

Bupati Wakatobi Hugua mengatakan keterlibatan Pemerintah Kabupaten Wakatobi dalam film ini merupakan upaya penguatan konservasi dan promosi Wakatobi sebagai daerah tujuan wisata serta pusat penelitian bawah laut.

Hugua mengatakan Wakatobi telah menjadi laboratorium bawah laut untuk penelitian biota laut, karena di sana terdapat 750 dari total 850 spesies karang dunia, dan 942 spesies ikan khas.

"Ini merupakan salah satu cara mengenalkan keanekaragaman hayati Wakatobi. Saya harapkan semakin banyak pihak yang peduli serta membantu upaya konservasi di Wakatobi," katanya.

Produser film THE MIRROR NEVER LIES, Garin Nugroho mengatakan film tersebut mengintegrasikan aspek ekologi, wisata dan budaya di Wakatobi.

"Aspek ekologi direpresentasikan melalui potret keanekaragaman hayati laut Wakatobi yang sangat mendominasi bahasa visual film ini," katanya.

Sementara aspek edukasi dan budaya bisa dilihat dari kehidupan Suku Bajo dan bagaiman mereka memperlakukan alamnya sesuai dengan kearifan lokal yang sudah mengakar sejak zaman nenek moyang mereka dulu.

"Terakhir, keindahan terumbu karang dan biota laut di perairan Wakatobi memperkuat aspek wisata film ini," ujar Garin.

Kamila Andini berharap filmnya berjudul dan diberi pengantar dalam bahasa Inggris karena ingin film tersebut bisa dinikmati oleh banyak orang termasuk orang-orang bule.

Film pertama Andini sebagai sutradara ini berkisah tentang anak remaja Suku Bajo bernama Pakis yang berjuang menemukan jati diri di tengah persoalan hidup keluarganya dan masyarakat Bajo.

Masyarakat Suku Bajo yang seluruh kehidupannya bersandar pada kehidupan laut, sedang terancam oleh dampak pemanasan global.

Film yang dimulai proses pengambilan gambarnya pada September hingga akhir Oktober 2010 itu, akan diluncurkan pada April 2011, berdekatan dengan peringatan Hari Bumi setiap 22 April. Sedangkan seluruh keuntungan dari film tersebut akan diperuntukkan bagi aktivitas konservasi lingkungan perairan laut di Wakatobi.

VAKSINASI DENGAN NYAMUK, TUBUH LEBIH KEBAL MALARIA



Memasukkan vaksin ke dalam tubuh dengan menggunakan nyamuk terbukti efektif menghasilkan kekebalan tubuh terhadap penyakit malaria.

Kemampuan parasit malaria untuk bersembunyi dalam tubuh menyebabkan vaksin tidak efektif membangun kekebalan tubuh. Para ahli pun mengembangkan metode vaksinasi baru untuk mengantisipasi penyakit yang telah membuat 781 ribu nyawa melayang sepanjang tahun 2009.

Berbeda dengan metode vaksinasi yang lazim dilakukan, para peneliti di Radboud University Nijmegen Medical Centre, Nijmegen, Belanda, menggunakan nyamuk pembawa parasit malaria untuk "menyuntikkan" vaksinnya. Cara ini serupa dengan proses seseorang terjangkit malaria pada umumnya. Namun, alih-alih sakit, relawan yang terlibat dalam penelitian ini justru lebih kebal malaria selama lebih dari dua tahun.

Eksperimen tersebut melibatkan 10 orang relawan yang bersedia digigit beberapa kali oleh nyamuk malaria. Para peneliti kemudian memberi obat anti malaria, chloroquine kepada mereka. Kira-kira 28 bulan kemudian para peneliti menemui kembali enam dari sepuluh relawan tersebut dan menggigit lagi mereka dengan nyamuk malaria, empat dari mereka tidak terinfeksi malaria sama sekali. Sementara sistem kekebalan tubuh dua orang lainnya berhasil menunda infeksi sehingga bisa segera diobati.

Para peneliti mengembangkan metode baru ini berdasarkan hasil penelitian beberapa tahun sebelumnya yang menunjukkan proses serupa hanya berlangsung singkat terhadap serangan malaria. Pasalnya, orang yang pernah terinfeksi malaria secara alami akan membangun kekebalan tubuh yang dapat bertahan selama beberapa bulan.

Namun belum diketahui pasti apa yang menyebabkan metode vaksinasi baru ini bisa melindungi lebih lama. Obat anti malaria mungkin berperan penting. Namun pajanan gigitan nyamuk yang intens pada waktu yang sam juga diduga kuat menjadi penyebabnya.

Meski begitu, apapun penyebabnya para peneliti yakin temuan mereka ini sangat layak ditindaklanjuti. Terutama mengingat kemampuan parasit malaria selam ini yang mampu bersembunyi di dalam sel darah merah dan sel hati sehingga tidak terdeteksi sistem kekebalan tubuh.

JEMBATAN AIR MAGDEBURG


Jembatan air Magdeburg adalah saluran air navigasi di Jerman yang menghubungkan Kanal Elbe-Havel ke kanal Mittelland dan memungkinkan kapal untuk menyeberang di atas Sungai Elbe setinggi 918 meter. Jembatan air Magdeburg adalah saluran air navigasi terpanjang di dunia.

Kanal Elbe-Havel dan kanal Mittelland sebelumnya bertemu di dekat Magdeburg tetapi di sisi berlawanan dari Elbe. Kapal dari Kanal Elbe-Havel menuju kanal Mittelland sebelumnya harus menempuh jalan memutar sepanjang 12 kilometer, turun dari Terusan Mittelland melalui lift air raksasa Rothensee untuk mengangkat perahu menuju Elbe, kemudian berlayar melawan arus.

Sebelum memasuki Kanal Elbe-Havel harus melalui Niegripp Lock. Kadar air surut di Elbe sering membuat kapal yang sarat muatan kargo tidak dapat melakukan penyeberangan ini, dan hal ini memakan waktu lebih lama untuk bongkar muat kapal.

Pembangunan saluran air ini dimulai sejak tahun 1930 namun karena adanya Perang Dunia 2 dan pembagian berikutnya dari Jerman, pekerjaan ditunda sampai 1997. Saluran air itu akhirnya selesai dan dibuka untuk umum pada tahun 2003.


SENJA SEDERHANA



Sebulan mereka bertemu. Oh tidak, mereka tetap bertemu sekarang, hanya saja waktu sebulan adalah hitungan ketika dia membangun mimpinya dengan penuh harap.

Hari itu di taman kota tak berpengunjung, dia duduk di kursi tembok tak terawat dan berdebu. Pemuda itu sedang bercerita dengan setengah suara, tentang kisahnya yang terakhir. Lebih tepat tentang kisah sekarang yang dia ingin jadi kisahnya yang terakhir. Telah banyak kata yang terucap, rangkaian kalimat yang bertutur jujur tentang jalan hidupnya pada rel yang dia sebut cinta. “Aku sepertinya kurang beruntung!” Demikian dia mengawali cerita.

Saat itu jam empat sore lebih sedikit, jam yang dingin untuk kota kecil di kaki gunung. Tetapi angin yang bertiup separuh basah tak cukup kuat menghentikan aliran cerita yang meluncur setengah suara dari mulutnya; sesekali kata-katanya bercampur asap dari batangan rokok yang dihisapnya dengan hikmat, seolah mampu menambah sakral senja.

“You see, bukankah itu artinya kurang beruntung?” Demikian dia memberi jeda usai menceritakan kisah pertama.

Ini kisah tentang dia yang jatuh cinta pada sahabat kecilnya, teman sepermainan yang lama menghilang untuk kemudian bertemu lagi pada kondisi yang lain. Pertemuan yang melahirkan percik aneh dan getaran hebat yang kemudian dengan senang hati dia simpulkan sebagai cinta.

Beberapa mimpi dibangunnya sendiri. Mimpi yang mungkin lebih tepat diberi nama harapan yang tak terungkap. Sambil bermimpi sembari mengumpulkan keberanian untuk bilang, “saya mencintaimu” atau “kau mau jadi kekasihku?”

Sebulan mereka bertemu. Oh tidak, mereka tetap bertemu sekarang, hanya saja waktu sebulan adalah hitungan ketika dia membangun mimpinya dengan penuh harap, sambil mengukur seberapa besar peluang mimpi berubah menjadi realita.

Ya, hanya sebulan. Karena setelah sebulan, ketika keberanian mendesak suara hati menjadi kata-kata, ketika keyakinan akan mampu mengulang kisah masa kecil menjadi agape sudah terbangun, semua tiba-tiba terbungkus dalam satu kata: terlambat. Teman masa kecil telah jatuh cinta pada yang lain, bahkan sebelum dia memutuskan coklat ataukah bunga yang yang akan dia bawa untuk hari penting itu, untuk pujaan dari masa lalu.

Asap rokok bercampur kabut senja, cerita tak berhenti, masih tertutur setengah suara, hari tak lagi ramai.

“You see, bukankah itu artinya kurang beruntung?” Demikian dia memberi jeda usai menceritakan kisah pertama, sebelum beralih ke kisah selanjutnya.

Teman masa kecil telah bahagia. Meski pahit, semua harus kembali seperti semula, sama sebelum bertemu dengannya dan membangun mimpi yang berujung suara teman kecilnya berujar, “hei, aku sudah pacar and bla bla bla…. Dia tak mendengar lanjutan curahan hati tak terduga itu, karena di kepalanya telah ada pilihan baru selain coklat atau bunga; PULANG.

Dan kisah yang dia tuturkan berikutnya adalah tentang masa sebelum bertemu teman masa kecilnya. Kuliah, punya pacar, berbagi kasih dengan wajar, tetapi berujung datar. Bukan karena tak ingin mengajaknya menikah. Semua terasa sangat pas, tidak berlebih memang tetapi juga tak ada yang kurang. Pas. Dan bukankah itu adalah alasan yang tepat untuk membangun sebuah komitmen? Fit In. Komunikasi terbangun mengalir, ada yang kurang jika sehari tak sempat bilang “miss u”, beberapa pertengkaran kecil terlewati dengan santai, kejujuran menjadi modal utama, perhatian menjadi kata kunci.

Sayang, mereka tak seiman. Agama mereka berbeda. Tak ada yang mau mengalah, tak ada yang mau menyembah Tuhan yang baru. Keduanya sepakat mengikat itu sebagai kisah masa lalu dalam hidup mereka. Putus. Sebagian merasa itu adalah alasan paling sederhana untuk memutuskan sebuah hubungan yang pas. Berhenti karena tak seiman. Terlalu sederhana, tetapi tidak bagi dia, dan tak ada satupun protes yang mampu melumerkannya. Baginya ini soal prioritas, dia atau Tuhan.

“Sejak dulu, saya memang kurang beruntung!” Demikian dia berujar setengah suara, setelah yakin bahwa kisah bagian ini telah selesai.

Hening. Taman kota sesepi biasanya. Senja menua. Siklus hari yang tak istimewa. Senja pasti menua, sekuat apapun kau memohon agar ada di detik yang sama, tetapi setelah senja selalu ada malam, waktunya kembali ke rumah jika tak ingin dipeluk kelam.

Sebatang baru rokok kembali dinyalakan, dihisap sepenuh hati, asap dibiarkan lebih lama dari biasanya menodai paru-paru, dihembuskan perlahan. Ritual itu terulang beberapa kali, sebuah penjelasan betapa dia memerlukan kekuatan lebih untuk menuturkan kisah terbarunya.

Dia jatuh cinta. Jauh lebih dalam dari yang pernah singgah. Dia jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Dan keyakinan telah menghantarnya ke titik bernama kesimpulan, ini adalah jatuh cinta terbaik yang pernah ada. Entah dari mana kesimpulan itu muncul. Tak ada yang tahu barometer apa yang dipakai untuk mengukurnya, toh ini bukan soal rasio tetapi rasa. Rasa hanya mampu diukur oleh rasa.

Dia jatuh cinta, tak bertepuk sebelah tangan. Gayung bersambut. Bagai lagu, dia terpilih di antara ribuan harmoni nada bersyair, merdu meluluhkan segala ragu. “Aku sangat yakin dengan yang sekarang ini” katanya masih setengah suara, menegaskan di tengah cerita masa kini. “Bukan sekedar fit in, tetapi perfect fit” lanjutnya. Tetapi lanjutan kisahnya tak seirama dengan prolog bagian ini.

Karena dia lalu bertutur tentang sesuatu yang mengganggu. Kisahnya yang baru kini ternoda cemburu. Kekasihnya kini bukan tidak mencintainya. Hati kecilnya pun tahu, kekasihnya kini mencintainya dengan sempurna yang pas. Tetapi beberapa waktu sebelumnya, kekasihnya entah kenapa tiba-tiba bertutur tentang cerita manisnya bersama kekasihnya di masa lalu. Tak ada yang salah dalam ceritanya, juga tak tersirat dalam bahasa wajahnya bahwa dia, kekasihnya itu ingin kembali pada masa lalu. Sama sekali tidak. Dia hanya bercerita, bercerita dengan ceria. Maka meski diserang cemburu yang hebat, tak ada niatan untuk menghentikan cerita kekasihnya itu. Dia mencoba menjadi bijak dengan berpikir, “Kadang kita memang harus bercerita saja dan tak perlu berpikir apakah orang lain ingin mendengar cerita kita atau tidak. Kita hanya perlu bercerita dengan jujur dan tak perlu peduli, apakah yang mendengar cerita kita bersuka atau malah berduka. Kita bercerita dan bahagia.”

Dan lihatlah, kekasihnya bahagia saat bercerita. Adakah yang lebih mulia daripada merasakan apa yang dirasakan oleh kekasih kita dengan jumlah dua kali lebih banyak? Maka, kekasihnya bahagia dan dia harus dua kali lebih bahagia. Tetapi hati memang punya bahasanya sendiri. Tak ada mekanisme kontrol yang cukup untuk mengendalikannya, dan cemburu tetap saja cemburu. Lalu apa yang harus dia buat? Situasi seperti ini terlalu sulit. Cemburu tetapi harus terlihat dua kali lebih bahagia. Tak ada satu orangpun yang ingin ada dalam situasi seperti ini, juga dia. Maka beberapa kekuatan dikombinasikan sekaligus. Rasio, rasa, dan alam bawah sadar. Hasilnya lumayan. Dia akhirnya sampai pada bagian ini.

Begini caraku mencintaimu. Mendengarmu bercerita tentang dia tetapi menutup telingaku rapat. Aku tak mau mendengar apapun tentang masa lalumu, tetapi sepertinya kau bercerita dengan ceria. Aku tak ingin cemburu; -semoga kau tahu bahwa aku selalu cemburu dengan kisahmu dengan dia-, tetapi tak mau mengganggu ceria ceritamu. Begitulah aku mencintaimu; sesederhana itu, dan akan tetap seperti itu. Teruslah bercerita, aku dua kali lebih bahagia jika kau bahagia karena telah bercerita, tetapi maaf aku menutup telingaku rapat.

“Sekarang aku merasa beruntung telah menjadi sesederhana ini,” katanya mengakhiri cerita sore itu lalu beranjak pergi.

Ditinggalkannya taman itu, juga bangku tembok tempatnya duduk dan bercerita. Tak ada yang lain di sana, hanya dia dan taman yang sepi dan bangku yang kini kosong. Dia bercerita pada angin senja dan berhenti saat malam tiba dan bahagia.

Sumber : Kompas Indonesia

DITEMUKAN MAKAM KUNO ROMA DI PEMBUANGAN SAMPAH

Para pembersih situs ilegal pembuangan sampah beracun di Italia menemukan makam Roma dari abad kedua. Makam memiliki plester dan dekorasi.

Kantor berita Italia ANSA melaporkan, makam itu ditemukan di bawah tumpukan berton-ton sampah di reruntuhan abad 17 di Pozzuoli, situs kota tepi laut Romawi kuno Puteolanum.

Para pekerja pembersih memakai peralatan konstruksi di lokasi dekat Napoli dan berhasil menyingkirkan tumpukan teratas sampah. Saat itu juga, para pekerja ini menemukan terowongan menuju makam.

Arkeolog menggambarkannya temuan ini sebagai temuan ‘yang luar biasa penting’. Pemilik situs pembuangan sampah telah didakwa atas kejahatan pada lingkungan dan warisan budaya Italia.

Sumber : Inilah Indonesia

INILAH NABI DAN SEKTE HARI KIAMAT TERKENAL

Banyak muncul sekte bahkan orang yang mengaku nabi mengenai hari kiamat. Berikut nabi dan sekte hari kiamat yang terkenal.

Nabi Hari Kiamat Terkenal

21 Desember 2012 merupakan tanggal terakhir pada kalender Maya kuno. Benarkah akan terjadi kiamat saat itu? Tsunami, gempa, dan revolusi yang terjadi baru-baru ini membuat gagasan bencana global itu tampak mungkin. Namun, hal ini bukan pertama kalinya masyarakat telah dihibur dengan spekulasi kiamat tersebut.

Suku Maya

Peradaban Maya kuno terkenal akan sistem kalender canggihnya. Kalender suku ini berakhir pada 21 Desember 2012. Tanggal itu menimbulkan spekulasi kiamat di seluruh dunia. Menurut ulama Maya, anggota masyarakat non-produktif, termasuk aristokrasi dan imamat mulai kehabisan sumber daya. Meski 21 Desember 2012 merupakan tanggal terakhir di kalender Maya, tak disebutkan adanya bencana oleh suku itu.

Nostradamus

Konsultan astrologi Nostradamus terkenal karena buku Les Propheties yang terbit pada 1555. Buku yang masih bisa ditemui hingga kini itu berisi koleksi ramalan yang disebut kuatrain. Pengikut Nostradamus yakin, kuatrain memprediksi peristiwa sejarah besar, seperti Revolusi Perancis, bom atom, bangkitnya Hitler, bahkan peritiwa bom 9/11 di AS. Namun, ramalannya, 2012 bukan kiamat. Menurutnya, kiamat terjadi pada tahun 3786-3797.

William Miller dan Milleris

Pendeta Baptis Amerika Miller dikreditkan sebagai pendiri Adventisme (pewaris Saksi-Saksi Yehuwa). Di konferensi Advent, Miller menulis, “Saya menyimpulkan, sekitar 25 tahun setelah 1818, semua urusan saat ini akan dihentikan”. Prediksi terakhirnya ditentukan pada 1844. Tak dikhawatirkan lagi, jelas sekali ramalan itu hanyalah ‘Kekecewaan Besar’.

Jim Jones

Pria ini juga dikenal sebagai ‘mesias gila’. Ia pendiri dan pemimpin “People’s Temple ”. Di 1965, Jones mengklaim, dunia akan diselimuti perang nuklir pada 15 Juli 1967. Saat hal itu tak terjadi, Jones membentuk komunis ‘Jonestown’ di Guyana. Jones terkenal karena pembunuhan massal 900 anggota komunisnya pada 18 November 1978. Bahkan, ia merekam suara saat pembunuhan itu.

Insiden itu menjadi kehilangan terbesar di Amerika yang disebabkan bukan karena bencana. Jones sendiri tewas bersama anggota komunisnya dengan luka senjata yang ditembakkannya sendiri.

David Koresh dan Pengikutnya

Iman kelompok berdasarkan apokaliptisisme. Sekte agama ini menganggap mereka hidup di hari akhir seperti tertera pada kitab umar Kristen, Injil. David Koresh mengklaim dirinya sebagai nabi terakhir. Aksi sekte ini memanas selama pengepungan di Waco , Texas , pada 1993.

Pemimpin Koresh menamakan markas kelompok pengikutnya ‘Ranch Apocalypse’. Alih-alih hidup bersama pemimpinnya menunggu kiamat, sekte ini berperang dengan FBI. Sebanyak 76 anggota termasuk Koresh mati terbakar di dalam gedung.

Gerbang Surga

Pengikut Gerbang Surga yakin pada UFO dan azab yang akan datang untuk melarikan diri secara sukarela ‘melawan tingkat selanjutnya’ dengan cara bunuh diri. Pemimpin kelompok ini, Marshall Applewhite dan Bonnie Nettles, meyakinkan anggotanya, rencana ‘evakuasi’ ini akan mempercepat mereka bertemu UFO yang merupakan transportasi ke luarnya.

Sebanyak 39 anggota meninggal mengenakan gelang bertuliskan,”Tim Gerbang Surga”. Gelang ini diperoleh setelah anggota membayar US$10 ribu (Rp 86,8 juta).

Aum Shinrikyo

‘Aum’ merupakan gerakan keagamaan Jepang yang didirikan Shoko Asahara. Ramalan kiamat 1984 menggambarkan konflik terakhir yang berpuncak pada nuklir ‘Armageddon’ yang meminjam istilah dari Kitab Wahyu. Menurut Robert Jay Lifton, penulis ‘Destroying the World to Save It: Aum Shinrikyo, Apocalyptic Violence, and the New Global Terrorism’, Asahara meprediksi kiamat terjadi pada 1997.

Shoko Asahara didakwa mendalangi serangan gas sarin pada 1995 di kereta bawah tanah Tokyo . Menurut JapanTimes, gas itu menewaskan 12 orang dan melukai 5.500 orang. Untuk kejahatan ini, Asahara dijatuhi hukuman mati. Banding yang dilakukannya pun tak berhasil, dan kini ia menunggu eksekusi.

James Rawles dan Survivalis

Mereka yang berada di luar bidang keagamaan nabi termasuk survivalis. Kelompok ini yakin pada azab yang pasti, dekat, dan mereka harus siap. Editor www.survivalblog.com James Rawles mendominasi kelompok ini. Menurut Rawles, azab yang akan datang melibatkan keruntuhan sosial-ekonomi yang pada awalnya disebabkan kegagalan jaringan listrik.

Rawles mengatakan, untuk bersiap-siap, anggota harus menyiapkan garam, kayu bakar atau batubara. Anggota yang serius bisa menyiapkan hewan ternak. “Sangat penting menyiapkan senjata, dan memanfaatkan pelatihan medis”.

Sumber : Inilah Indonesia

INILAH MONSTER PASIR, BAWAH LAUT RI

Ada makhluk jahat bersembunyi di balik pasir. Namun ia tidak berhasil sepenuhnya ‘hilang’. Fotografer berhasil merekam sosoknya yang muncul di laut Indonesia.

Fotografer laut Matt Oldfield sedang menyelam di Pulau Sengeang, Nusa Tenggara Barat, saat melihat makhluk whitemargin stargazer bersembunyi di dasar laut.

Ikan ini biasanya sulit ditemui karena berbaring di sekitar terumbu maupun dasar pantai kawasan tropis, misalnya Samudera Hindia, Samudera Pasifik dan Laut Merah.

Makhluk itu bersembunyi di balik pasir dan lumpur sepanjang waktu. Sosok ikan itu hanya terlihat dari mata yang menyeruak di balik pasir. Dengan seolah hilang, mangsa dapat dengan mudah ditangkap.

“Ini sangatlah kebetulan saat saya melihat matanya. Ia tampak terjebak dengan kepala di dalam pasir,” kata Oldfield, 40, asal Buckinghamshire, Inggris.

Stargazers aktif di malam hari dan gemar membenamkan tubuh di balik pasir. Selain memiliki sisik berduri keras dan tajam, hewan itu juga sering mengeluarkan racun yang bisa menyebabkan masalah serius.

Sumber : Inilah Indonesia

INILAH BATU PENYELAMAT TSUNAMI JEPANG

Batu setinggi empat kaki ini layaknya batu biasa. Namun penduduk setempat mengklaim batu itu berharga karena menyelamatkan nyawa penduduk Aneyoshi saat tsunami Jepang.

Tulisan terukir di batu itu berbunyi, “Dilarang membangun rumah Anda di bawah titik ini!”

Peringatan itu untuk menunjukkan bahaya bertempat tinggal di kawasan yang berisiko banjir dan tsunami. Penduduk desa yang berpaham tradisional juga mematuhi peringatan itu sehingga hanya 11 rumah dan 34 warga yang menggantungkan diri di titik geografis rawan tersebut.

Aneyoshi yang terletak di pegunungan perfektur Iwate merupakan wilayah rawan bencana alam nasional. Sekitar 300 kaki menurun dari tempat batu itu berada, terdapat garis biru. Garis inilah yang menjadi batas tertinggi air tsunami yaitu 127,6 kaki.

"Sebelumnya, batas air tertinggi men capai 123,3 kaki di tahun 1896. Batuan penanda tsunami memang dipercaya sepenuhnya oleh masyarakat Jepang untuk menghindari penderitaan yang dirasakan nenek moyang mereka," kata Itoko Kitahara, ahli bencana alam di Ritsumeikan University, Kyoto.

Batu Aneyoshi menginformasikan bahwa rumah di dataran tinggi bisa menjamin perdamaian dan kebahagiaan ‘keturunan Jepang’. Meskipun begitu,banyak pula warga desa yang mengabaikan peringatan yang tertulis di batu dan membangun rumah di dekat pantai. Ini merupakan kesalahan fatal.

“Seiring waktu, banyak orang melupakan batu tersebut, sampai tsunami lain muncul dan membunuh lebih dari 10.000 orang,” ujar ahli tsunami Fumio Yamashita.

Sumber : Inilah Indonesia

ANGGREK ENDEMIK KEHILANGAN HABITAT



Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor di bawah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia membudidayakan ratusan anggrek spesies endemik dari berbagai wilayah di Indonesia. Namun, sebagian besar tak bisa dikembalikan ke lokasi asal karena habitat rusak.

"Seperti koleksi anggrek Tien Soeharto (Cymbidium hartinahianum), endemik Tapanuli Utara, habitatnya berkurang drastis," kata Sofi Mursidawati, peneliti anggrek Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, Selasa (20/4/2011) di Bogor.

Anggrek Tien Soeharto ditemukan tahun 1976 oleh peneliti LIPI, Rusdi E Nasution. Pemberian nama Tien Soeharto sebagai penghargaan kepada Ibu Negara atas upaya pelestarian anggrek di Indonesia.

Anggrek Tien Soeharto sangat langka. Pertumbuhannya sangat lambat. Anggrek itu tumbuh baik pada ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut.

Daunnya berbentuk pita memanjang hingga 50 sentimeter. Bunganya kuning kehijauan dan permukaan bawahnya kecoklatan dengan warna kuning pada bagian tepinya.

Koleksi anggrek spesies Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor lebih dari 500 jenis. Seratusan spesies di antaranya bisa diperbanyak dalam botol kultur jaringan. "Spesies endemik lainnya yang kehilangan habitat, seperti anggrek macan (Grammatophyllum speciosum)," kata Sofi.

Anggrek macan berbunga kuning kehijauan dan bertutul kecoklatan adalah endemik hutan dataran rendah. Habitat itu rusak akibat perubahan fungsi hutan.

"Ada anggrek ekor tikus (Paraphalaenopsis serpentilingua) dengan lokasi endemik Kalimantan Barat yang juga terancam di habitat aslinya," kata Sofi.

Tujuan awal budidaya anggrek di Rumah Anggrek adalah menyelamatkannya dari ancaman kepunahan. Selain itu, juga mengembalikan ke alam aslinya seiring keberhasilan pengembangbiakan di rumah kaca.

Namun, lanjut Sofi, kondisi habitat asli anggrek-anggrek langka terus terancam perusakan. Mengembalikan anggrek-anggrek langka tanpa adanya perlindungan nyata akan sia-sia.

Menurut Kepala Pembibitan Kebun Raya Bogor Yuzammi, pada dasarnya bangsa Indonesia kurang menghargai kekayaan keanekaragaman hayati. Satu per satu menghilang dan punah sebelum dibudidayakan lebih lanjut.

Tidak hanya pada tanaman anggrek, jenis tanaman endemik lainnya yang dibanggakan dunia pun tak pernah mendapat ruang penelitian yang memadai. "Seperti bunga terbesar di dunia yang memiliki lokasi endemik Sumatera, yaitu Amorphophalus titanum," kata Yuzammi.

Saat ini Amorphophalus titanum setidaknya tersebar di 6.000 kebun botani dan hutan buatan (arboretum) di Eropa dan Amerika. Di Indonesia masih banyak yang belum mengenal tanaman itu.

Amorphophalus titanum sering disalahartikan sebagai Raflesia arnoldi. Secara ilmiah, Amorphophalus tergolong primitif. Adapun anggrek adalah bunga berevolusi maju.

EMPAT JENIS KELADI BARU DITEMUKAN


Kebun Raya Eka Karya Bali - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menemukan empat jenis keladi (famili Aracea) baru.

Jenis pertama, Alocasia baginda, sudah dipublikasikan di jurnal Acta Phytotaxonomica et Geobotanica 60 (3), edisi Februari 2011. Jenis kedua, Homalomena agens, masih dalam proses publikasi di jurnal Aroideana. Kedua spesies itu memiliki sebaran di daerah Kalimantan Timur.

Jenis ketiga, Homalomena vittariifolia, dalam proses publikasi di jurnal Acta Phytotaxonomica et Geobotanica. Demikian pula dengan jenis keladi keempat, Schismatoglottis inculta. Jenis ketiga dan keempat memiliki sebaran di wilayah Sulawesi Tenggara.

Agung Kurniawan, peneliti di Kebun Raya Eka Karya Bali, Rabu (20/4), mengatakan, penemuan ini dibantu oleh ahli keladi-keladian, Peter C Boyce, dari Universiti Sains Malaysia. Agung mengatakan, Alocasia baginda telah tersebar di kalangan penghobi tanaman hias sejak 3-4 tahun lalu.

"Hanya saja mereka belum sadar kalau tanaman itu merupakan jenis baru," kata dia. Temuan ini didapatkan dari eksplorasi hutan setempat.

SILUET IBU



Mbak, ibu sakit keras. Segera pulang. (Parmin).

Es-em-es Parmin yang mengabarkan perihal sakit Ibu sudah tidak mengejutkanku lagi. Entah itu es-em-es yang keberapa, mungkin kedelapan atau kesepuluh selama sebulan ini. Aku tidak terlalu memperhatikan. Aku belum bisa pulang lik, nanti uang berobat kutransfer.

Begitu jawabku selalu. Namun entah mengapa es-em-es terakhir ini terasa lain. Membawa rasa rindu yang sangat. Menyusup rasaku. Membuatku terkenang Ibu, terkenang masa kecilku.

Bagaimana harus kuceritakan untuk menggambarkan kegembiraan masa kecilku? Kegembiraan bocah lima tahun yang kegirangan saat sore hari tiba. Kegembiraan saat jingga meraja di ufuk barat, menuntun matahari memasuki peraduannya. Saat seperti itu, Ibu mengajakku berjalan keliling rumah sambil sesekali menyuapkan makanan ke mulutku yang usil.

“Hak dulu…hak dulu…hak? Emm..,” begitu pancing Ibu setiap kali aku asyik berlari-lari mengitarinya. Mulutku yang asyik menyanyi lagu asal bunyi terpaksa bergumam karena penuh nasi. “Kalau maem, nggak boleh sambil nyanyi ya,” begitu pesannya selalu. Aku tidak selalu mendengarkan nasehatnya. Mulutku terus bernyanyi, bergumam dan bernyanyi kembali. Bahagiaku tumpah ruah sebab saat sore seperti itu, Ibu hanya untukku sendiri.

Lalu kembali kami berjalan mengitari rumah. Rumah kayu dengan pohon mangga di depannya. Tidak luas. Hanya 180 meter persegi mungkin. Sungai kecil mengalir di sampingnya, tempatku bermain mencari ikan cupang atau keong emas. Ketika lewat di tepi sungai kecil itu, tangan Ibu selalu menuntunku. Saat seperti itu aku dapat berteriak menyanyi dengan keras, karena Ibu berhenti menyuapiku.

Saat matahari semakin condong ke barat, suka citaku menghebat. Ibu mengajakku bermain petak umpet. Aku, kemudian akan berlari kecil mengitarinya dan bersembunyi di balik bayang tubuhnya. Ibu meningkahi dengan berteriak nyaring memanggil namaku.

“Jati..Jati…,” begitu panggil Ibu selalu sambil kepalanya menengadah, menengok ke kanan dan ke kiri mencariku. Aku diam berjongkok di bawah bayang gelap Ibu. Lalu dengan tanganku kugores tanah seturut bentuk bayangannya, mencoba membuat siluet Ibu. Dengan berpura-pura bingung, Ibu akan bergumam, Jati dimana ya? Sejenak kemudian ia menengok ke belakang, dan aku berteriak, hua! Bahagiaku meledak tiada terkira. Jika Ibu sudah menemukanku, ia berpura-pura memaksaku makan.

“Nah…ini dia. Ayo hak dulu! Hak? Emm..,” katanya pula.

Kenangan itu begitu lekat. Merekat hangat di relung kalbuku. Saat rinduku pada Ibu membuncah, kenangan itu menari-nari di depan mataku. Persis seperti saat ini. Tanpa terasa butir-butir bening menggenangi pelupuk mataku. Beruntung aku masih menyimpan siluet Ibu. Siluet yang kubuat saat aku masih SMA sebagai penawar rinduku padanya. Aku membuatnya dua, satu untukku, satu untuk Ibu.

Syahdu kupandangi siluet Ibu. Rindukah Ibu padaku? Terbayang wajahnya kala itu memuram, ketika kuputuskan untuk pergi meninggalkannya. Sembilan tahun lalu, sebelum tapak kakiku menyusuri hiruk pikuk pinggiran kota Bangkok.

“Kamu tidak kasihan dengan Ibu, Jat?” tanyanya waktu itu.

Aku tidak sanggup menjawab pertanyaan itu. Jelas bahwa aku kasihan pada Ibu. Ibu yang harus mengurus empat anaknya tanpa topang kuat tangan lelaki. Bapak meninggalkan kami karena sakit paru-parunya sudah tidak dapat terobati. Kakakku terpaksa menjadi kuli, menggantikan Bapak menyangga hidup kami. Namun hidup kami tetap jauh dari sejahtera. Dua adikku masih membutuhkan biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Jelas bahwa aku kasihan padanya. Justeru sebab itulah aku harus pergi. Meski harus menjadi TKI.

“Apakah tekadmu sudah bulat untuk menjadi TKI, Jat?” tegas Ibu sekali lagi. “Iya Bu. Maafkan Jati,” jawabku lirih. “Tapi Ibu tidak punya apa-apa lagi untuk dijual. Ibu tidak mampu nyangoni kamu Nduk,” keluhnya masgul. “Bagaimana kalau kita pinjam uang dulu, Bu? Pak Hadi Atmojo mungkin mau membantu kita,” usulku mencoba mencari jalan keluar.

Hari berikutnya Ibu sowan ke rumah Pak Hadi Atmojo. Pak Hadi Atmojo seorang turunan ningrat, berdarah priyayi. Dialah orang terkaya di kampung kami saat itu. Ia suka meminjamkan uangnya kepada orang yang membutuhkan asal ada jaminan dan bersedia mengembalikan dengan bunga tinggi. Kami tidak punya pilihan lain karena tanda tangan Ibu tidak laku dijual ke bank. Jadilah hari itu Ibu pergi ke rumah Pak Hadi Atmojo dengan membawa surat pensiun Bapak sebagai jaminan. Tidak ada lagi yang tersisa di rumah! Dengan bermodal uang pinjaman itu, aku bulatkan tekadku untuk menjadi TKI. TKI ilegal di Negeri Gajah Putih.

“Jat, ada yang nyari lu tuh!” suara Marni membuyarkan lamunanku. Marni teman satu apartemenku. “Laki perempuan?” tanyaku. “Laki-lah. Ngapain juga perempuan nyari lu,” jawabnya sinis. “Tolong deh lu urus. Gue lagi nggak enak badan nih...,” kataku memohon.

Aku sengaja memberikan alasan itu karena sebetulnya aku sedang bad mood. Rinduku pada Ibu membuatku hilang rasa. Rindu yang terpicu es-em-es Lik Parmin tetangga sebelah rumah di kampung yang kepadanya perihal Ibu kuserahkan. “Lu mau kehilangan Tuan Cheng, ATM berjalan lu?” lirik Marni nakal. “Tuan Cheng?” tanyaku mencari peneguhan. Aku lihat Marni menganggukkan kepalanya dengan senyum nakal.

Ia dan teman-teman satu apartemen tahu belaka kalau aku merupakan pemijat idola Tuan Cheng, pengusaha Indonesia yang suka plesir ke Thailand. Selain itu, mereka tentu saja juga tahu kalau aku perempuan simpanannya. Dan Tuan Cheng adalah ATM berjalan buatku, tidak lebih tidak kurang. Terpaksa aku menemuinya dengan berharap lebih banyak dollar kudapat untuk biaya berobat Ibu. “Sudah lama Koh?” tanyaku basa-basi. “Ah, kemana aja oe. Lama betul oe, haiya?” sungutnya. “Maaf, Koh...lagi nggak enak badan,” jawabku memberi alasan. “Oh. Kalau nggak enak badan, ya sudah, oe istirahat saja..” katanya. Sebenarnya aku tahu kalau Tuan Cheng sedikit menaruh hati padaku. Itu sangat cukup berarti buatku untuk menjaganya tetap menjadi pelanggan setia. Buatku, semua ini hanya bisnis.Tidak ada yang lain. Titik! “Nggak papa Koh. Masih mampu kok kalau cuma mijit doang,” kataku dengan mencoba menarik senyum meski gagal. “Bener oe?” tanyanya. “Pijit doang Koh. Nggak ada yang lain,” kerlingku menarik simpatinya. “Nggak boleh nambah? Haiya...” “Tetep aja nawar,” sungutku berpura-pura.

Aku ajak Tuan Cheng ke kamarku. Lalu seperti biasa tugasku memijatnya dengan ramuan rempah-rempah dari Jawa. Kali ini hanya memijatnya. Kadang aku berpikir, untuk apa orang Indonesia pergi ke Thailand hanya untuk merasakan pijatan dan rempah-rempah orang Jawa. Teringat tanah jawa, lamunanku melayang-layang kembali.

Separah apakah sakit Ibu? Tangan kananku terus memijat Tuan Cheng sementara tangan kiriku memegangi siluet Ibu yang tadi sempat kusimpan di saku dasterku. Maafkan Jati Bu, maafkan Jati, bisik hatiku berkali-kali. Tak terasa kristal-kristal bening air mataku menetes membasahi punggung Tuan Cheng. Ya Allah, ampunilah hamba-Mu, ratapku memohon pada-Nya. “Jati..kenapa oe nangis? Oe sakit ha?” tanya Tuan Cheng mengagetkanku. “Nggak papa Koh.” “Oe, punya masalah? Duit ha? Duit?” tanyanya lagi. “Iya Koh,” jawabku tanpa basa basi. Memang aku sedang butuh duit. “Ibuku sedang sakit di Jawa,” tambahku. Tuan Cheng tiba-tiba bangun dan duduk di sebelahku. “Ah, oe orang tega betul ha. Ibu oe sendiri sakit, oe orang nggak pulang, haiya..” katanya sambil menatapku penuh tuduhan. “Sebenarnya saya ingin pulang Koh. Tapi masalah duit itu tadi. Ibu perlu berobat. Tidak mungkin kan saya pulang cuma pulang doang?” lirihku penuh penyesalan. “Sudahlah, oe orang pulang aja. Pakai uang I untuk berobat Ibu oe. Besok I urus kepulanganmu,” kata Tuan Cheng.

Kata-kata Tuan Cheng laksana air yang menyegarkan dahagaku. Terlihat benar bahwa ia mencintaiku, meski hanya sebagai perempuan simpanan. Aku peluki dia dan bertubi-tubi ciuman kuhadiahkan. Kali ini aku mengucap terima kasih dengan tulus dan berjanji akan segera menemuinya setelah urusan di kampung selesai.

Setelah Tuan Cheng berpamit, segera kukemas barang-barangku. Tak kuhirau lagi kata-kata Marni. Yang terpatri di benakku cuma satu, aku akan segera pulang! Ibu, anakmu akan segera pulang!

Aku tidak tahu bagaimana Tuan Cheng memberesi semua surat-suratku. Yang pasti, satu minggu sejak SMS Lik Parmin, aku bisa berkeliaran dengan bebas sebagai orang asing di Thailand. Tuan Cheng meyakinkanku bahwa aku tidak akan ditangkap sebagai TKI ilegal. Perjalanan ke Surabaya mulus tanpa halangan yang berarti selain bahwa rinduku semakin menjadi-jadi.

Prigi. Desaku masih seperti dulu. Desa dengan baju kemiskinan melekat di mana-mana. Hutan jati mengitarinya laiknya penghalang yang memenjara para penghuni di dalamnya. Aku tak perduli lagi. Setidaknya hutan jati itu masih menyisakan udara segar untuk kuhirup dalam-dalam memenuhi paru-paruku. Kuambil sedikit tanah basah. Kubalurkan pada pohon yang tinggi menjulang itu. Lalu kupeluki satu-satu pohon-pohon itu. Kubaui aroma hutanku. Inilah kampung halamanku. Dan aku berlari mencari Ibu.

Aku segera menuju rumah di ujung desa di mana ada sungai kecil mengalir di sampingnya dan pohon mangga menjulang indah di depannya. Rumahku. Tempat aku bermain petak umpet dengan Ibu. Tempat aku menggores tanah mencipta siluet Ibu. Ibu, aku pulang, bisikku. Tak sabar lagi aku ingin memeluknya, bersimpuh di kakinya dan memohon maaf atas semua luka yang tak sempat kuseka. Tak sabar lagi aku ingin membaktikan hidupku di sisa umurnya. Tak sabar lagi aku ingin menebus semua dosa.

Tak terasa kakiku melangkah lebih cepat, lebih cepat dan lebih cepat lagi. Atap rumahku sudah terlihat dari ujung jalan. Aku berlari lebih cepat lagi. Pelataran rumahku dipenuhi rumput, kotor dan tak terurus. Aku segera menghambur ke pintu kayu yang rapuh, tak terkunci. Aku menemukan rumahku sunyi dan kosong. Hanya siluet Ibu yang kubuat waktu aku masih SMA tergantung di dinding ruang tamu. Tertulis di sana: untuk mengenang Ibu Sulastri, 10 Juni 1931 – 20 Agustus 2007.

Sumber : Kompas Indonesia

SERBA SERBI INSOMNIA



Istilah insomnia sering kita dengar, bahkan dalam percakapan sehari-hari. Namun apakah sudah benar-benar dipahami. Lalu apa sebenarnya insomnia itu?

"Insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur dan merupakan gangguan tidur yang paling banyak dialami manusia," ujar dr. Andri, Sp. KJ, psikiater di Klinik Psikosomatik RS Omni, Alam Sutera, Tangerang. Ia menambahkan, penelitian terbaru menunjukkan 30-45% orang dewasa di seluruh dunia mengalami insomnia. Sementara sumber lain memperkirakan ada 28 juta penderita insomnia di Indonesia.

Ada dua jenis insomnia yang biasa ditemui yaitu transient insomnia (insomnia sesaat) dan persistent insomnia (insomnia menetap). Insomnia sesaat biasanya disebabkan karena rasa kehilangan, rasa berduka, perubahan kehidupan dan stres fisik maupun mental. Menurut Andri, kondisi seperti ini biasanya tidak berbahaya.

Sedangkan ciri insomnia menetap biasanya ditandai dengan kesulitan memulai tidur yang umumnya disebabkan kecemasan atau ketegangan somatik/fisik. Pikiran yang terus berkecamuk menjelang tidur menjadi pemicu timbulnya kondisi ini. "Insomnia jenis ini biasanya terjadi jika terdapat masalah di kantor atau di rumah yang menimbulkan stres," kata Andri. Meski demikian, sebagian penderita insomnia ini bisa sembuh dengan jalan menikmati liburan.

Gejala gangguan tidur ini mudah dikenali. Apabila seseorang sulit untuk mulai tidur atau sulit untuk mempertahankan tidur, bisa jadi ia menderita insomnia. Kesulitan memulai tidur dapat disebabkan kondisi medis (rasa nyeri atau tidak nyaman yang ditimbulkan oleh sakit, adanya luka di sistem saraf pusat otak seperti pada pasien stroke) atau karena gangguan kejiwaan atau lingkungan (gangguan kecemasan, perubahan lingkungan, tekanan ketika akan menghadapi suatu peristiwa penting seperti akan menghadapi ujian).

Penderita insomnia yang sulit mempertahankan tidurnya juga bisa disebabkan oleh kondisi medis seperti sindrom henti napas saat tidur (sleep apnea), ada penyakit infeksi, rasa nyeri dan tidak nyaman karena penyakit, serta konsumsi alkohol yang berlebihan. Sementara depresi, skizofrenia, gangguan stres pasca trauma, gangguan siklus sirkadian, dan perubahan lingkungan merupakan kondisi kejiwaan dan lingkungan yang menyebabkan penderita insomnia sulit mempertahankan tidurnya.

Agar terhindar dari insomnia, ada langkah sederhana yang bisa dilakukan. "Biasakan diri untuk tidur pada jam yang sama setiap malam," saran Andri. Ini penting untuk menjaga jam biologis tubuh tetap teratur. Sebab jam biologis tubuh selalu beradaptasi terhadap kebiasaan tidur seseorang. Sehingga jika seseorang yang biasa tidur jam 9 malam mengubah waktu tidurnya ke jam 12 malam, maka jam biologisnya akan ikut menyesuaikan dan ia tidak akan mengantuk pada jam 9 malam seperti sebelumnya.

Sementara para penderita insomnia dapat mengatasinya dengan menjaga kesehatan tidur dengan menjaga kebersihan tempat tidur, tidak melakukan aktivitas berat sebelum tidur, memakai pakaian yang cukup longgar dan nyaman dipakai, dan meredupkan atau mematikan lampu kamar saat akan tidur. Penggunaan obat pun bisa menjadi salah satu opsi yang bisa diambil. "Asalkan dilakukan dengan kondisi yang ditetapkan oleh dokter," ujar Andri.

TERSANJUNG


Aku tersanjung akan polahnya, begitu baik, begitu perhatian ...
Sederhananya justru membuahkan kemewahan, perilakunya santun pada satu tujuan.
Dia begitu membuatku terpesona, tiap geraknya walau letih namun tetap bersemangat.
Jiwanya terbentuk dengan indah, menenangkan dan menyejukkan ...
Dia tidak perlu bertingkah banyak, karena setiap geraknya pembuktian akan siapa dirinya sebenarnya.

Aku kembali tersanjung akan polahnya, begitu merdu, begitu syahdu ...
Bagai alunan simphony musika cinta, dia ciptakan kehangatan hidup.
Dia begitu membuatku terpesona, tiap lantunan suaranya membuatku hanyut, walau dalam fatamorgana.
Memang jiwanya terbentuk indah, menenangkan dan menyejukkan ...
Dia tidak pernah bertingkah banyak, karena tiap geraknya akan menguak siapa dirinya sebenarnya.

Ohhhh lagi-lagi aku tersanjung akan polahnya
Dengan kebaikan, perhatian, kemerduan, kesyahduan
Dia niatkan untuk merayuku dikeindahannya
:) :) :)

(putri bariel)

SIANGMU ... MALAMMU (KuRindu)




Ini bukan siangmu ... wujudnya tanpa mentari terik
Berkabut, mendung, berawan kelabu gelap
Sedetik itu juga mendatangkan hujan dan petir

Ini bukan malammu ... wujudnya tanpa rembulan
Berkabut, mendung, berawan hitam legam
Sedetik itu juga mendatangkan guruh gemuruh hujan deras

Kemana siangmu!?
Ketika teriknya menerangkan ruang jiwaku
Ketika awannya meneduhkan gundahku
Ketika biru langitnya menenangkan mataku

Kemana malammu!?
Yang ketika rembulannya berbagi sinar dengan gemintang
Yang ketika kerlipan-kerliopan menghiasi ruang hatiku

Kamu, yang disiangmu membuatku cinta
Kamu, yang dimalammu membuatku rindu
Kamu yang menenggelamkan aku pada romansa keindahan

Dimanapun kamu, Dimanapun siangmu, Dimanapun malammu
Aku tetap cinta, rindu dan hanyut dalam keindahan ini

(putri bariel - untuk romansa cinta)

STRAY

SINOPSIS
Mungkin aku, Faythe Sanders, terlihat seperti mahasiswa lainnya. Tapi, aku adalah werecat, shape-shifter, dan hidup di dua dunia. Meski mendapat tentangan dari keluarga dan Pride-ku, aku nekat lari dari tekanan untuk melahirkan spesiesku dan memilih menjalani kehidupan normal untuk diriku sendiri. Awalnya semua berjalan lancar, hingga suatu malam seorang stray menyerangku. Aku telah diberi peringatan soal stray—werecat yang tidak memiliki Pride, yang terus-menerus mencari seseorang seperti aku: menarik, wanita, dan subur. Meski berhasil membela diri, aku harus menghadapi kenyataan pahit saat mendengar bahwa dua werecat wanita telah menghilang. Ancaman bahaya inilah yang menjadi alasan Pride-ku untuk memanggilku pulang….


DETAIL
JudulStray
SeriViolet Books
ISBN / EAN9789790814547 / 9789790814547
AuthorRachel Vincent
PublisherGramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo)
Publish26 April 2011
Pages416
Weight312 gram
Dimension (mm)130 x 2000
Tag Fiksi,

MACWORLD DIGITAL DESIGN


Macworld Indonesia & Infinite mempersembahkan
Digital Designs Workshop & Competition Periode 2

Hanvon Tablets, Garskin & Mac berkolaborasi dalam Desain Visual and Teknologi

TELL YOUR STORY THROUGH MANGA
Workshop : Sabtu, 23 April 2011 (terbatas untuk 15 peserta)

Umum : 13.30 - 14.30
Anak-anak (8thn - 12thn) : 15.30 - 16.30

Kompetisi: Minggu, 24 April 2011 (terbatas untuk 15 peserta)

Umum : 13.00 - 15.00
Anak-anak (8thn - 14thn) : 15.30 - 17.30

@ Infinite APR Grand Indonesia, West Mall 3A

Kami akan memilih 5 desain terbaik dari Periode 1 & 2 (total 10 Pemenang Desain Terbaik) untuk bertanding dalam FINAL COMPETITION & AWARDING pada hari Minggu, 1 Mei 2011, jam 14.00 - 17.00 WIB. Pemenang “Desain Terbaik" akan ditentukan oleh para juri.

"Hadiah yang diperebutkan berjumlah total
30 JUTA RUPIAH!!"

PENDAFTARAN DIBUKA SAMPAI 22 APRIL 2011
Workshop: IDR 75,000 (termasuk Free goodie bag & sertifikat)
Kompetisi: IDR 75,000
Paket Workshop & Kompetisi: IDR 100,000

Hadiri juga DIGITAL FUN & CREATIVE WEEKEND roadshow untuk mengenal lebih jauh mengenai Hanvon & Garskin setiap Sabtu dan Minggu pukul 15.00 - 17.00 yang diadakan pada:

Infinite APR Emporium Pluit, 2nd floor:
2 & 3 April 2011
Infinite APR Mall Kelapa Gading 5, Gr. level:
9 & 10 April 2011
Infinite APR Grand Indonesia, West Mall 3A:
16 & 17 April 2011

Peserta kategori UMUM akan mendapatkan:
Pemenang 1 : Rp. 3,000,000
Pemenang 2 : Rp. 2,000,000
Pemenang 3 : Rp. 1,000,000
Desain pemenang akan dibuat menjadi skin oleh Garskin (dan menjadi hak milik ekslusif) + Hanvon Graphic Tablet + Produk dari Garskin , Infinite APR dan Macworld Indonesia.

Peserta kategori ANAK-ANAK akan mendapatkan:
Pemenang 1 : Rp. 750,000 (+ Hanvon Graphic Tablet untuk anak-anak)
Pemenang 2 : Rp. 500,000
Pemenang 3 : Rp. 350,000
Produk dari Garskin, Infinite APR dan Majalah Kiddo

SYARAT DAN KETENTUAN PENDAFTARAN PESERTA:

Registrasi dibuka sampai 22 April 2011 di:
1. Kirim ke macworld@megindo.net , CC: fergita@megindo.net, niko_korganos@megindo.net. (Tuliskan nama, umur, pekerjaan, email & nomor telepon).
2. Biaya pendaftaran langsung dibayarkan akan di konfirmasi melalui email

Graphic tablet peserta kompetisi akan disediakan oleh Hanvon

Seluruh peserta SEBAIKNYA menggunakan MacBook pada kegiatan workshop & kompetisi.

FINAL COMPETITION hanya bisa diikuti 10 finalis terpilih (yang memenuhi syarat) dari pemenang
“Best Designs" dari Kompetisi Periode 1 dan 2.

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi Niko (083892011258) / Fergita (02168004240), atau via email.


Media Partners:
Kiddo, Animonster, www.megindo.net, www.jakartaspot.com , Koran Jakarta

Sponsored:
Hanvon, Garskin

Partner:
Carrot Academy, Kinokuniya

Sumber : Jakarta Spot Indonesia