Teriknya mentari mengucurkan keringat … deras!
Pandanganku kembali tertuju pada wajahmu ..
Kian murung seakan memendam sedih itu ..
Sesaat kau balas pandangan itu dengan senyuman ..
Kau berusaha membuatku tenang, padahal dirimu sedang gundah ..
Dalam hati aku berbisik (” … jangan paksakan sayang, kalau memang kau butuh menangis, menangislah … Peluk Aku - Kau Akan Tenang …”)
Siang itu semakin panas …
Terik mentari semakin mengucurkan keringat … deras!
Kau kembali menatap aku … kemudian menatap kedepan dengan tatapan kosong ..
Dalam hati aku kembali berbisik (” … jangan paksakan sayang, kalau memang kau butuh menangis, menangislah … Peluk Aku - Kau Akan Tenang …”)
Siang panas itu … Kini mengandung hujan!
Terik matahari siang itu mengucurkan tetesan buliran air hujan … deras!
Kau kembali menatap aku … pada matamu kutahu itu bukan air hujan
Kau telah menangis …
“Sayang … menangislah! Biarkan airmatamu keluar!
PELUK AKU - KAU AKAN TENANG”
Kau memeluk aku, aku rasakan gundahmu kian dalam
Tapi aku yakin kini, kau merasa tenang
Sayang, setelah kau tenang … Jangan menangis lagi!
Namun jika kau butuh menangis, menangislah Lalu
PELUK AKU - KAU AKAN TENANG
(Putri Bariel - Untuk kekasihku yang sedang merasakan kegundahan!)